Oleh : IL
Setelah Ayub mengalami malapetaka demi malapetaka yang menyebabkan ia kehilangan segala-galanya..semua anaknya, hartanya, pegawai-pegawainya, isterinya yang meninggalkannya..bukan itu saja bahkan tubuhnya hancur dengan penyakit yang menjijikkan, maka inilah yang ditulis tentang Ayub…Ayub 1:22
Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
Ayub 2:10b
Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
Namun…..setelah itu ….. Ayub sudah tidak tahan lagi! Apa yang ia lakukan? (Ayub 3:1-26)
Sesudah itu Ayub membuka mulutnya dan mengutuki hari kelahirannya.
Maka berbicaralah Ayub:
“Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku dan malam yang mengatakan: Seorang anak laki-laki telah ada dalam kandungan.
Biarlah hari itu menjadi kegelapan, janganlah kiranya Allah yang di atas menghiraukannya, dan janganlah cahaya terang menyinarinya. Dst…….
Setelah mengulang kata “biarlah” yang diikuti kalimat kutuk yang mengungkapkan penyesalan yang amat sangat atas keberadaannya lahir ke dunia..kemudian diikuti pertanyaan-pertanyaan “Mengapa?”
Ayub 3:20-23
Mengapa terang diberikan kepada yang bersusah-susah, dan hidup kepada yang pedih hati; yang menantikan maut, yang tak kunjung tiba,
yang mengejarnya lebih dari pada menggali harta terpendam; yang bersukaria dan bersorak-sorai dan senang, bila mereka menemukan kubur;
kepada orang laki-laki yang jalannya tersembunyi, yang dikepung Allah?
Kalimat-kalimat di atas menyiratkan sebuah pertanyaan mendalam dalam diri Ayub, seorang yang bahkan Tuhan sendiri mengatakan, paling saleh, tidak ada seorang pun di dunia seperti dia.
Mengapa Tuhan mengijinkan ia dilahirkan, bila akhirnya harus mengalami segala kesusahan seperti yang ia alami saat itu?
Setelah berpuluh tahun Ayub mengalami kebaikan-kebaikan Tuhan dalam hidupnya karena ia hidup sangat saleh di hadapan Tuhan juga manusia…dengan integritas yang tidak diragukan lagi….
Mengapa ia harus mengalami hal-hal yang sangat buruk seperti itu?
Apakah betul bahwa sia-sia untuk menyembah Tuhan, seperti yang dikatakan isterinya?
Apakah betul, seperti perkataan Elifas, sahabat Ayub, bahwa sesungguhnya Tuhan tidak peduli kepada makhluk yang bernama “manusia”, dan IA akan berbuat sesuka hatiNya, karena manusia…. bahkan hamba-Nya sekalipun, dianggap tidak berharga di mataNya? (Ayub 4:18, 20)
Apakah benar demikian?
Perenungan:
- Pemahaman manusia tentang hidup, tentang Allah, tindakan & kebijakan-kebijakan-Nya seringkali sebatas sebab akibat, berdasarkan logika manusia.
Orang saleh pantas menerima berkat Tuhan, orang fasik pantas dihukum oleh Tuhan.
Ketika Ayub, yang diakui sebagai orang yang sangat saleh ternyata mengalami malapetaka yang sungguh amat sangat luar biasa..
Bagaimana penjelasan yang masuk akal?
Elifas mencoba menelaah…inilah argumentasi Elifas …ada 2 kemungkinan:
Pertama, Tuhan tidak terlalu mempedulikan manusia.
Sesaleh apa pun manusia hidup, tidak akan pernah benar di mata Allah, (Ayub 4)
Kedua, pasti Ayub melakukan sesuatu yang tidak benar, sehingga Allah menghukumnya secara demikian. (Ayub 5).
Argumentasi Elifas ini, secara tegas dikecam oleh Tuhan!
Ayub 42:7b
maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Téman: “Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu,
karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.
- Elifas mendapatkan “hikmat” tersebut dari “roh” yang tiba-tiba melewatinya.
Ayub 4:15-21
Suatu roh melewati aku, tegaklah bulu romaku. Ia berhenti, tetapi rupanya tidak dapat kukenal. Suatu sosok ada di depan mataku, suara berbisik-bisik kudengar: Mungkinkah seorang manusia benar di hadapan Allah, mungkinkah seseorang tahir di hadapan Penciptanya?
Sesungguhnya, hamba-hamba-Nya tidak dipercayai-Nya, malaikat-malaikat-Nya pun didapati-Nya tersesat,
lebih-lebih lagi mereka yang diam dalam pondok tanah liat, yang dasarnya dalam debu, yang mati terpijat seperti gegat.
Di antara pagi dan petang mereka dihancurkan, dan tanpa dihiraukan mereka binasa untuk selama-lamanya.
Bukankah kemah mereka dicabut? Mereka mati, tetapi tanpa hikmat.
Karena bisikan “roh” ini adalah sesuatu yang tidak benar, (lihat Ayub 42:7b)
maka sudah pasti roh tersebut bukan berasal dari Tuhan!
Bahkan bisikan tersebut memunculkan pikiran yang buruk tentang Tuhan..suatu perkataan yang seakan ilahi tapi memojokkan Tuhan sebagai pribadi yang tidak peduli, berbuat semaunya.
Tentu saja ide ini berasal dari kuasa kegelapan! Berasal dari si iblis, yang mendatangi TUHAN dan mendakwa Ayub.
Aplikasi:
- Pemahaman seperti apakah yang kita miliki tentang Tuhan, tentang sifat-sifat, nilai-nilai, tindakan-tindakan-Nya?
Apa yang menjadi dasar pandangan kita tersebut? Apakah berdasarkan logika, pemikiran manusia, kepercayaan lama, ataukah berdasarkan Firman Tuhan sendiri.
Firman Tuhan adalah Firman hidup yang merupakan penyataan (revelation) Tuhan sendiri kepada manusia ciptaan-Nya untuk menyatakan tentang siapa diri-Nya.
Kolose 1:9-10
Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu.
Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah,
- Ketika ada hal yang tidak dapat kita mengerti, seperti Ayub, tetap hati tetap takut akan Tuhan, jaga perkataan dan pikiran, jangan ada pikiran liar yang menuduh Tuhan berbuat tidak benar, seakan-akan kita lebih benar daripada Tuhan. Akui keterbatasan kita, datang kepada Tuhan Pemilik kita.
Yesaya 55:8-9
Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.
Roma 11:33-34
O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah!
Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?
- Berhati-hati ketika ada “roh” yang memberikan ide, penyataan, pemahaman, ajaran tentang sesuatu.
Jangan begitu saja diterima, selalu uji dengan Firman Tuhan, apakah betul-betul sesuai dengan seluruh kebenaran Firman Tuhan?
Penyimpangan ide sekecil apa pun ujung-ujungnya akan membawa kepada penyesatan.
1 Yohanes 4:1
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah;
sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.
Roma 10:3
Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri,
maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.