Oleh : IL
(BE Markus 7:5-23)
Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya:
“Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?”
Jawab-Nya kepada mereka:
“Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik!
Sebab ada tertulis:
Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
Yesus berkata pula kepada mereka: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.
Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.
Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban — yaitu persembahan kepada Allah —, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.
Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan.”
Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: “Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah.
Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.”
[Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!]
Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu.
Maka jawab-Nya: “Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?” Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.
Kata-Nya lagi: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.
Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”
Perenungan:
- Motivasi orang-orang Farisi & ahli-ahli Taurat adalah selalu berusaha mencari-cari kesalahan Yesus & murid-muridNya.
Hati & pikiran mereka begitu tertutup kepada pemberitaan kebenaran.
Mereka mengabaikan begitu saja tawaran keselamatan dari Tuhan, kabar sukacita yang begitu berharga.
Mereka selalu merasa diri lebih benar daripada semua orang lainnya.
Mereka suka sekali menghakimi & menuduh ini itu kepada Yesus & murid-muridNya.
Aplikasi:
Berhati-hati dengan dosa kesombongan rohani, di mana kita sudah merasa sebagai orang yang sudah cukup baik, bahkan merasa sudah tidak perlu lagi melakukan perbaikan di aspek apa pun.
Merasa sudah lebih baik dari orang lain.
Mulai suka mencari-cari kesalahan org lain.
Sudah tidak mempan diperingatkan oleh Tuhan baik melalui pembacaan Firman Tuhan atau lewat hamba Tuhan, atau lewat orang sekitar kita.
- Respon Yesus atas pertanyaan, atau lebih tepatnya tuduhan dari orang farisi & ahli Taurat, sungguh-sungguh keras.
Yesus dengan tidak sungkan-sungkan menyebut di depan umum bahwa mereka adalah orang-orang munafik!
Apa saja hal yang tidak berkenan kepada Tuhan yang dilakukan orang Farisi & ahli-ahli Taurat?
a. Tidak klop antara ucapan & apa yang di dalam hati.
Mulutnya mengucapkan hal-hal yang baik, memuliakan Tuhan, tapi hatinya sama sekali tidak mencari kehendak Tuhan, mereka melakukan hal-hal yang sesuai kehendak mereka sendiri.
b. Ajarannya tidak klop dengan Firman Tuhan.
Mereka memelintir Firman Tuhan agar disesuaikan dengan tujuan & kepentingan mereka sendiri.
c. Otoritas tradisi nenek moyang ditaruh sebagai lebih tinggi otoritasnya, lebih penting dari Firman Tuhan.
Firman Tuhan diabaikan demi menjaga tradisi yang dilakukan turun temurun.
d. Sangat teliti menjaga apa yang masuk ke dalam mulut, sedangkan perkataan yang keluar dari mulut, pikiran-pikiran buruk, rancangan-rancangan hati, tindakan-tindakan sama sekali tidak dijaga agar sesuai dan berkenan kepada Tuhan.
Aplikasi:
- Cek apakah perkataan “Puji Tuhan” yang kita katakan sungguh-sungguh berasal dari hati yang bersyukur, dari hati yang sungguh-sungguh menyembah hanya kepada Tuhan, yang mau taat kepada Tuhan.
- Cek apakah pengajaran & nilai-nilai yang kita hidupi & ajarkan kepada anak-anak kita, atau kita kotbahkan sudah menekankan tentang kebenaran, memberitakan tentang Kerajaan Allah lebih daripada pengajaran yang bersifat humanis saja, tentang perbuatan-perbuatan baik kepada sesama tanpa ada kuasa Allah yang mengubahkan di dalamnya?
- Cek adakah tradisi nenek moyang yang bertentangan dengan Firman Tuhan yang masih kita pegang kuat-kuat?
- Cek apakah kita sudah sungguh-sungguh menjaga hati kita agar jangan tercemar oleh apa pun yang tidak berkenan kepada Tuhan?
- Yesus menyatakan bahwa makanan jasmani tidak membawa pengaruh kepada roh.
Sehingga soal halal & haram itu dipengaruhi dari hati.
Pikiran, keinginan daging, motivasi yang tidak kudus lah yang langsung mencemari kehidupan seseorang.
Aplikasi:
Cek pikiran, keinginan, dan motivasi kita saat melakukan apa pun.
- Hukum ke 5 tentang menghormati orang tua, berimplikasi bahwa anak-anak memiliki kewajiban salam pemeliharaan orang tua mereka.
Jadi menghormati yang dimaksud, bukan hanya tentang sikap, perkataan saja.
Tapi sebuah amanat Tuhan kepada setiap anak agar terus mempedulikan, bertanggung jawab atas kehidupan orang tua.
Ada masa di mana orang tua tidak lagi dapat lagi memenuhi kebutuhan mereka, perlu bagi anak untuk mengingat perintah Tuhan ini.
Aplikasi:
Bersukacita untuk setiap kepercayaan yang Tuhan berikan, juga dalam hal pemeliharaan ortu dan percaya bahwa Tuhan telah menyediakan.
- Yesus menegur murid-muridNya ketika mereka menanyakan arti perumpamaan
“Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.”
Yesus menjelaskan arti perumpamaan tersebut, namun Yesus juga menegur mereka….
“Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya?
Artinya…
murid-murid Yesus seharusnya sudah mengerti, tapi ternyata…masih belum mengerti juga…
Jadi ada tuntutan lebih kepada murid-murid Yesus..
Sebagai orang yang telah hidup bersama-sama Yesus, murid-murid seharusnya melihat perbedaan mencolok dari ajaran, nilai-nilai & hidup yang dijalani Yesus dibandingkan dengan rabi-rabi lain, orang farisi & ahli-ahli taurat.
Murid-murid seharusnya menyadari, memahami, mengerti..bahwa semua yang Yesus tekankan, ajarkan, impartasikan adalah mengenai hal rohani, hal Kerajaan Allah, tentang kuasa Allah yang sanggup memberi kehidupan, yang mengubahkan, bukan sebuah ritual-ritual agamawi yang tidak memiliki kuasa mengubah apa pun.
Aplikasi:
Bagaimana dengan kita sebagai murid-murid Yesus, apakah pengenalan kita akan Tuhan sudah membuka cara pandang kita sehingga bisa memahami apa yang Tuhan maksudkan?