Oleh : IL
Pengkhotbah 9:4-12
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati.
Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka,
bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap.
Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari.
Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan,
pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.
Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia,
karena waktu dan nasib dialami mereka semua.
Karena manusia tidak mengetahui waktunya.
Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.
Perenungan:
- Pengkotbah mengajarkan kepada pembacanya untuk menghargai kehidupan.
Seberapa sulit, buruk, ataupun melelahkannya hidup, itu tetap adalah sebuah hal yang berharga yang Tuhan masih percayakan.
Selama nafas masih ada, tetap masih ada harapan untuk melakukan perbaikan, tetap masih ada kesempatan untuk berubah.
Pengkotbah sampai memberi gambaran: anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati!
Woww… Anjing bagi orang Yahudi pada saat itu adalah binatang yang hina, apalagi jika dibandingkan dengan singa yang kuat dan gagah perkasa yang tidak ada lawannya.
Namun dikatakan bahwa anjing hidup lebih baik dari pada singa mati.
Biarlah ini menjadi pecut yang berharga bagi kita.
Sekalipun kehidupan kita saat ini begitu terpuruk, mengenaskan…mungkin diakibatkan selama ini kita menggenggam erat-erat hidup kita
tanpa mau dituntun oleh Tuhan..menjalani hidup kita dengan caraku, bukan cara Tuhan.
Namun sesungguhnya ketika kita mau memandang ke arah Pencipta, dan melepaskan segala kepahitan dan menyerahkan kehidupan kita untuk mau taat dituntun oleh Tuhan, maka…. harapan itu sungguh-sungguh ada.
Amsal 23:18
Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.
Yeremia 29:11-13
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati,
- Pengkotbah juga menyadarkan kita bahwa kehidupan seburuk apa pun, ternyata masih memberikan banyak hal-hal yang patut disyukuri:
a. Masih punya pengetahuan dan kesadaran
(orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa)
b. Masih dapat bekerja, berkarya dan mendapatkan upah baik secara materi maupun upah di kekekalan
(tak ada upah lagi bagi mereka, (orang mati))
c. Masih dapat memberi dampak bagi orang lain
(bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap.)
d. Masih memiliki kasih
(Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang,)
e. Masih memiliki kesempatan
(dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari.)
Setelah menyadarkan pembacanya utk menghargai hidup, Pengkotbah memberi nasihat yang sangat bijak :
Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,
Dan kembali mengingatkan bahwa kesempatan berkarya itu terbatas sekali, yaitu selama masih hidup di dunia ini dan itu tidak lama
(karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.)
Kemudian pengkotbah memberi semangat bagi yang lemah, yang tidak terlalu cepat, yang tidak terlalu cerdas untuk tidak berhenti berjuang. (Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua. Karena manusia tidak mengetahui waktunya.)
Dan perlu kebesaran hati untuk menerima keadaan yang tidak diharapkan ketika hal itu diijinkan oleh Tuhan, agar belajar mengandalkan Tuhan bukan diri sendiri.
(Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.)
Mazmur 90:12
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.