Pengetahuan VS Kasih

0
376

Oleh : IL

(BE 1 Korintus 8:1-13)

Tentang daging persembahan berhala kita tahu: “kita semua mempunyai pengetahuan.” Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong,
tetapi kasih membangun.

Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu “pengetahuan”, maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya.
Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.
Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: “tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.”
Sebab sungguhpun ada apa yang disebut “allah”, baik di sorga, maupun di bumi — dan memang benar ada banyak “allah” dan banyak “tuhan” yang demikian —
namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya.
“Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan.”
Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.
Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai “pengetahuan”, sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala?
Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena “pengetahuan”mu.
Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus.
Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.

Perenungan:
Dalam surat kepada jemaat di Korintus, rasul Paulus mengatakan bahwa bagi orang percaya tidak menjadi masalah bila makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala.

Wahh.. apa benar begitu?
Bukankah rasul-rasul di Yerusalem telah menetapkan bahwa bagi orang percaya non Yahudi perlu menjauhkan diri dari makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala?

Kisah Para Rasul 15:28-29
Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat.”

Mengapa seakan-akan rasul Paulus memberikan pernyataan yang bertentangan dengan yang telah ditetapkan?
Rasul Paulus mengemukakan alasannya sebagai berikut :
a. berhala itu tidak ada! ( Ayat, 4-6)
Dengan sangat tegas rasul Paulus menyatakan bahwa berhala itu tidak ada.
Memang benar, tidak ada oknum atau pribadi manapun yang layak disembah oleh manusia…karena hanya ada 1 Allah Pencipta Penguasa di atas langit dan di bumi.
Berhala itu hanyalah hasil pemikiran manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, yang berusaha “mencari” Tuhan, yang berusaha “menyembah” Tuhan, namun karena telah jatuh dalam dosa, sehingga manusia tidak lagi mengenal Penciptanya.
Dengan pemikirannya yang gelap dan mata rohani yang buta, manusia tersesat sehingga menyembah pribadi yang salah (iblis & roh-roh jahat), dan dengan cara-cara yang salah, yang sangat tidak berkenan kepada Tuhan (menyembah patung, benda, dan ciptaan Tuhan lainnya seperti gunung, pohon, dan seterusnya).
b. berhala itu tidak punya pengaruh, atau kekuatan apa-apa kepada seorang percaya yang sungguh-sungguh taat kepada Tuhan.
(1 Yohanes 4:4b sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.)
Bagi orang percaya yang sungguh-sungguh taat kepada Tuhan, makanan tidak akan berdampak kepada kerohaniannya. Bila memutuskan tidak makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala pun, tidak akan membuatnya menjadi lebih dekat kepada Allah. (1 Korintus 8:8).

Lalu…
Apakah kemudian rasul Paulus memutuskan untuk makan makanan persembahan berhala tersebut dengan bebas dan leluasa…
karena alasan-alasan di atas?

Ternyata tidak!
Sebaliknya… Rasul Paulus memutuskan…
kalau sampai ada orang yang berkeberatan atau bahkan sampai tersandung bila rasul Paulus makan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala..ia rela untuk sama sekali… selama-lamanya….. tidak makan daging lagi! (1 Korintus 8:13)
Wowww…
Sungguh keputusan yang cukup ekstrim!

Mengapa rasul Paulus sampai rela mengorbankan kenikmatan lidah seumur hidup, bukan hanya sementara waktu…
Dalam 1 Korintus 9 rasul Paulus memberitahukan alasan dan yang mendasari keputusannya yang cukup ekstrim tersebut… yaitu…. karena Injil
1 Korintus 9:23a – Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil,

Rasul Paulus tidak ingin hanya karena makanan membuat ada orang menjadi tersandung, sehingga menghambat pemberitaan Injil.
Rasul Paulus rela melakukan apapun (maksudnya yang tidak bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan) demi menjangkau jiwa-jiwa agar mendapat keselamatan di dalam Tuhan.

Rasul Paulus juga mengingatkan kepada orang-orang yang “memiliki pengetahuan” namun kurang bijaksana karena tidak mempertimbangkan dampaknya kepada orang-orang lain. (Ayat 1-2)
Jangan sampai tindakan kita sekalipun memiliki alasan yang kuat, namun menjadi sandungan bagi beberapa orang yang mungkin belum memiliki “pengetahuan” seperti yang kita miliki. (Ayat 9-12)

Aplikasi:

  1. Berhati-hati dan bersikap bijaksana dalam melakukan sesuatu, dipertimbangkan baik-baik bagaimana dampaknya kepada orang-orang di sekitar kita, agar jangan menjadi batu sandungan.
  2. Bila ada hal-hal yang dapat menjadi batu sandungan, rela mengorbankan kesenangan atau kepentingan pribadi, agar pemberitaan Injil tidak terhambat.
  3. Dalam memutuskan sesuatu, memilih untuk bertindak atas dasar kasih, kepedulian kepada sesama, demi kepentingan Kerajaan Allah,
    daripada bertindak atas dasar “pengetahuan” (merasa memiliki alasan kuat) tanpa mempertimbangkan dampak kepada orang lain,
    dan dampak pada pemberitaan Injil Kerajaan Allah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here