Oleh : IL
Ulangan 1:9-18
“Pada waktu itu aku berkata kepadamu, demikian: Seorang diri aku tidak dapat memikul tanggung jawab atas kamu.
TUHAN, Allahmu, telah membuat kamu banyak dan sesungguhnya, sekarang kamu sudah seperti bintang-bintang di langit banyaknya.
TUHAN, Allah nenek moyangmu, kiranya menambahi kamu seribu kali lagi dari jumlahmu sekarang dan memberkati kamu seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu.
Tetapi bagaimana seorang diri aku dapat memikul tanggung jawab atas kesusahanmu, atas bebanmu dan perkaramu?
Kemukakanlah dari suku-sukumu orang-orang yang bijaksana, berakal budi dan berpengalaman, maka aku akan mengangkat mereka menjadi kepala atas kamu.
Lalu kamu menjawab aku: Memang baik apa yang kauanjurkan untuk dilakukan itu.
Kemudian aku mengambil kepala-kepala sukumu, yakni orang-orang yang bijaksana dan berpengalaman, lalu aku mengangkat mereka menjadi pemimpin atas kamu, yakni sebagai kepala pasukan seribu, kepala pasukan seratus, kepala pasukan lima puluh dan kepala pasukan sepuluh dan sebagai pengatur pasukan bagi suku-sukumu.
Dan pada waktu itu aku memerintahkan kepada para hakimmu, demikian:
Berilah perhatian kepada perkara-perkara di antara saudara-saudaramu dan berilah keputusan yang adil di dalam perkara-perkara
antara seseorang dengan saudaranya atau dengan orang asing yang ada padanya.
Dalam mengadili jangan pandang bulu. Baik perkara orang kecil maupun perkara orang besar harus kamu dengarkan.
Jangan gentar terhadap siapa pun, sebab pengadilan adalah kepunyaan Allah.
Tetapi perkara yang terlalu sukar bagimu, harus kamu hadapkan kepadaku, supaya aku mendengarnya.
Demikianlah aku pada waktu itu memerintahkan kepadamu segala hal yang harus kamu lakukan.”
Perenungan:
Setelah bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun dan akan memasuki tanah perjanjian, Musa menyampaikan perkataan Tuhan kepada generasi ke-2 orang Israel, sementara generasi pertama yang keluar dari Mesir tidak menerima penggenapan janji Tuhan, generasi pertama telah mati semua akibat ketidak percayaan mereka, kecuali Yosua dan Kaleb.
Musa seperti melakukan flash-back, menceritakan sejarah penting yang terjadi kepada generasi muda ini untuk memperlengkapi mereka sehingga mereka dapat memiliki nilai-nilai kerajaan Allah dan agar tidak mengulang kesalahan yang dilakukan orang tua mereka.
Menarik sekali…
Hal pertama yang Musa kemukakan adalah tentang pengangkatan pemimpin-pemimpin, ada kepala pasukan seribu, seratus, lima puluh,
dan ada juga yang mengepalai 10 orang saja.
Yaitu orang-orang yang dipilih untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul di tengah-tengah umat Tuhan.
Mereka dipilih untuk menegakkan keadilan & kebenaran.
Selain memilih pemimpin-pemimpin yang mengepalai seribu orang, seratus dan lima puluh, ternyata yang terbanyak adalah pemimpin yang mengepalai 10 orang saja.
Budaya pada jaman itu, jumlah anak dalam keluarga cukup banyak, sehingga kemungkinan besar, kepala pasukan sepuluh adalah pemimpin dari sebuah keluarga saja.
Ternyata….
Menjadi pemimpin, tidak harus mengepalai banyak orang dulu.
Musa mengangkat banyak sekali kepala pasukan sepuluh, dan mereka harus memberikan keputusan yang sama adilnya dengan kepala pasukan seratus, bahkan seribu.
Ada beberapa hal yang dapat membuat seorang pemimpin tidak berlaku adil:
a. Suap
Ketika materi membuat seorang buta, maka keputusan-keputusannya sudah tidak lagi adil, sudah tidak lagi benar.
Pihak yang bersalah dibela karena memberikan uang suap.
Dalam hal ini keadilan dikorbankan atas dasar kepentingan pribadi.
b. Intimidasi
Ada tekanan-tekanan dari salah satu pihak yang dapat membuat pemimpin tersebut mengambil keputusan tidak berdasarkan kebenaran, terkadang dengan alasan untuk menghindari konflik bertambah besar.
Beberapa peringatan yang disampaikan Musa kepada para pemimpin:
(Ulangan 1:17)
a. Jangan pandang bulu
Jangan memilih-memilih apa latar belakang orang yang diadili.
b. Baik perkara orang kecil maupun perkara orang besar harus kamu dengarkan.
Memperlakukan setiap orang sama, tanpa membeda-bedakan…
contohnya: orang yang lebih hebat, kuat, punya kedudukan tinggi akan diperhatikan lebih dari orang yang lemah dan tidak punya banyak materi.
c. Jangan gentar terhadap siapa pun
Pemimpin akan mendapat ancaman-ancaman, tujuannya agar tidak melakukan keadilan & kebenaran, namun Tuhan memerintahkan agar jangan takut ataupun gentar kepada orang-orang yang memaksa, mengancam, agar keputusan menjadi tidak adil & tidak benar.
Hal keadilan & memutuskan keputusan yang adil adalah perkara yang sangat serius, dan Tuhan mengamat-amati, Tuhan melihat dan berperkara.
Musa menegaskan dengan sebuah statement yang sangat tegas… sebab pengadilan adalah kepunyaan Allah.
Woww….. ini artinya dalam memutuskan segala sesuatu harus didasarkan atas kebenaran & keadilan seperti standarnya Tuhan, bukan standar kebenaran diri sendiri atau memutuskan dengan kesewenang-wenangan karena merasa diri memiliki kuasa untuk memutuskan sekehendak hati.
d. Tetapi perkara yang terlalu sukar bagimu, harus kamu hadapkan kepadaku, supaya aku mendengarnya.
Setiap perkara yang tidak mampu ditangani, tidak dibiarkan berlama-lama atau diterlantarkan, atau diputuskan dengan sembarangan.
Haruslah ada kerendahan hati mengakui bahwa kapasitas belum cukup untuk menangani perkara tersebut, kemudian mengajukan perkara tersebut kepada pemimpin yang memiliki hikmat dan kapasitas yang lebih tinggi, sehingga perkara yang sulit dapat ditangani dengan baik, adil & benar.
Aplikasi:
- Siapa pun yang dipercayakan sebagai pemimpin, haruslah menyadari bahwa setiap keputusannya haruslah atas dasar keadilan & kebenaran.
Sehingga harus sangat berhati-hati dalam pengambilan keputusan, meminta tuntunan Roh Kudus. - Pemimpin dalam keluarga pun harus memiliki keadilan, karena ia adalah wakil Allah di dunia, wakil Allah dalam keluarga.
Seorang kepala keluarga perlu meminta hikmat dari Tuhan, sehingga pemikiran, pertimbangan-pertimbangannya diselaraskan dengan pikiran Tuhan. - Ketika ada perkara yang tidak dapat ditangani, seorang pemimpin perlu menyadari bahwa ia masih dapat berbuat sesuatu, yaitu menyampaikan kepada otoritas yang lebih tinggi, jadi tidak berdiam diri.
Bila ada masalah dalam keluarga yang tidak dapat ditangani, pemimpin keluarga dapat meminta nasehat kepada gembala, sebagai pemimpin rohani, menghadap kepada Tuhan, yang adalah kepala di dalam keluarga, dan tidak menyerah karena pasti ada pertolongan dari Tuhan.