Menganggap Diri Lebih Benar Dari Allah

0
1190

Oleh: Ily

Ayub 27:1-6
Maka Ayub melanjutkan uraiannya:
“Demi Allah yang hidup, yang tidak memberi keadilan kepadaku, dan demi Yang Mahakuasa, yang memedihkan hatiku,
selama nafasku masih ada padaku, dan roh Allah masih di dalam lubang hidungku,
maka bibirku sungguh-sungguh tidak akan mengucapkan kecurangan, dan lidahku tidak akan melahirkan tipu daya.
Aku sama sekali tidak membenarkan kamu! Sampai binasa aku tetap mempertahankan bahwa aku tidak bersalah.
Kebenaranku kupegang teguh dan tidak kulepaskan; hatiku tidak mencela sehari pun dari pada umurku.

Perenungan:

  1. Orang saleh sekaliber Ayub, ketika mengalami kepahitan kekecewaan kepada Tuhan, maka perkataannya menjadi minor.
    Ayub bersikukuh bahwa ia tidak bersalah…Ayub ngotot bahwa ia tidak layak dihukum sedemikian.
    Dan Ayub mengatakan bahwa Allah tidak memberi keadilan kepadanya.
    Secara tidak langsung, Ayub berkata Allah memperlakukannya dengan tidak adil…atau dapat berarti juga.
    Ayub menuduh Allah tidak adil !

Memang benar Ayub tidak melanggar aturan-aturan yang Tuhan telah tetapkan.
Ayub juga mengasihi sesama dan memperhatikan orang-orang yang berkekurangan.
Namun…dalam kekecewaannya… Ayub teledor dalam berkata-kata.

Pada pasal-pasal berikutnya Elihu sepertinya meluruskan pandangan Ayub.

  1. Tentang Ayub yang merasa diri benar, dan menuduh Allah telah berlaku tidak benar kepada Ayub.

Ayub 32:2
Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah,

  1. Tentang kedaulatan Tuhan untuk tidak segera menjawab doa/permintaan manusia.

Ayub 33:13
Mengapa engkau berbantah dengan Dia, bahwa Dia tidak menjawab segala perkataanmu?

  1. Tentang perkataan tuduhan dan ungkapan kemarahan Ayub kepada Tuhan.

Ayub 36:18a (FAYH)
Hati-hatilah!
Jangan sampai amarahmu terhadap orang lain menyebabkan engkau menghina Allah! (Janganlah kesengsaraanmu menjadikan engkau marah kepada Dia yang mampu menyelamatkan engkau.)

  1. Tentang makna penderitaan tidak selalu merupakan hukuman Allah, namun dapat merupakan pengajaran dari Tuhan.

Ayub 36:15 (BIMK) Allah mengajar manusia melalui derita, Ia memakai kesusahan untuk menyadarkannya.

Aplikasi:

  1. Saat tekanan datang, jangan sampai muncul kekecewaan kepada Tuhan.

Amsal 24:10
Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.

  1. Saat tekanan datang, ketidak mengertian berkecamuk dalam pikiran kita, tetap jaga hati dan perkataan kita.
    Terutama perkataan kita tentang Tuhan. Jangan sampai emosi kita menguasai hati dan pikiran kita sehingga kita mengeluarkan kata-kata yang minor, yang tidak berguna, yang berdosa terhadap Tuhan.

Ayub 34:34, 36 (FAYH)
Setiap orang yang mempunyai pengertian dan yang bijaksana, setuju dengan aku bahwa engkau, Ayub, berbicara seperti orang bodoh,
seperti orang yang tidak punya pengetahuan atau pengertian.
Memang sepantasnya engkau mengalami ujian yang berat karena cara engkau berbicara tentang Allah sama seperti orang yang jahat.

  1. Berhati-hati ketika kita mulai menyalahkan Tuhan atas suatu peristiwa atau hal apa pun. Karena itu berarti… kita sedang menganggap diri lebih benar dari Allah!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here