Oleh : IL
1 Samuel 26:21-24
Lalu berkatalah Saul: “Aku telah berbuat dosa, pulanglah, anakku Daud, sebab aku tidak akan berbuat jahat lagi kepadamu,
karena nyawaku pada hari ini berharga di matamu. Sesungguhnya, perbuatanku itu bodoh dan aku sesat sama sekali.”
Tetapi Daud menjawab: “Inilah tombak itu, ya tuanku raja!
Baiklah salah seorang dari orang-orangmu menyeberang untuk mengambilnya.
TUHAN akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang, sebab TUHAN menyerahkan engkau pada hari ini ke dalam tanganku,
tetapi aku tidak mau menjamah orang yang diurapi TUHAN.
Dan sesungguhnya, seperti nyawamu pada hari ini berharga di mataku, demikianlah hendaknya nyawaku berharga di mata TUHAN,
dan hendaknya Ia melepaskan aku dari segala kesusahan.”
Perenungan:
Percakapan antara raja Saul dan Daud di atas terjadi pada kali kedua Daud tidak mau membunuh Saul, sekalipun kesempatan terbuka lebar.
Menarik sekali..
Saul terlihat sangat menyesal, ia mengakui bahwa ia telah berbuat dosa, bodoh dan sangat sesat!
Saul juga memanggil Daud agar ikut pulang bersamanya… dan Saul berjanji tidak akan berbuat jahat lagi kepada Daud.
Namun…. Daud menolak… Daud tidak percaya akan perkataan Saul tersebut.
Mengapa? Karena Saul telah berkali-kali mangkir dari janjinya.
Saul adalah raja yang mudah berkata-kata, mudah berjanji dan mudah sekali untuk tidak menepatinya.
Keputusan-keputusan Saul bukan didasarkan kepada kebenaran, namun pada mood, tindakan-tindakannya ditentukan oleh perasaannya yang selalu berubah-berubah.
Beberapa waktu sebelumnya Saul telah menyesal dan berjanji tidak akan membunuh Daud.
Saul juga telah mengakui bahwa Daud pastilah akan menjadi raja Israel, Saul meminta dengan sangat kepada Daud agar ketika Daud menjadi raja, Daud tidak memunahkan keluarga Saul (1 Samuel 24:21-22).
Tapi…. setelah menerima kebaikan Daud ditambah dengan meminta kemurahan dari Daud untuk tidak menghabisi keluarganya….
tidak lama setelah itu…. Saul masih juga mengejar Daud dengan mengerahkan 3.000 orang!
Ckckck… upaya yang tidak main-main untuk tujuan membunuh Daud.
Padahal Daud sudah terbukti tidak berniat jahat kepada raja Saul dengan meluputkan nyawa Saul saat berada di gua.
Sebagai raja, Saul tidak memperlihatkan diri sebagai pemimpin yang memiliki integritas yang baik.
Sejak awal Saul sudah banyak mengumbar janji dan tidak berniat memenuhinya.
Mulai dari ingkar dari janji memberikan anak raja bagi orang yang mau melawan Goliat (1 Samuel 17:25).
Ingkar janji saat menjanjikan Merab, anak Saul untuk menjadi isteri Daud (1 Samuel 18:15-19).
Saul juga meskipun dalam perkataan mengakui kebaikan Daud yang tidak mau membunuh Saul meskipun ada kesempatan, namun pada kenyataannya kebaikan Daud tersebut yang telah menyayangkan nyawa Saul, hanya sesaat saja meredakan nafsu Saul untuk membunuh Daud.
Menarik sekali…
Dengan menghargai nyawa Saul, Daud tidak meminta Saul bersumpah agar tidak membunuh atau mengejar-ngejar Daud kembali..
Inilah jawaban Daud… Dan sesungguhnya, seperti nyawamu pada hari ini berharga di mataku, demikianlah hendaknya nyawaku berharga di mata TUHAN, dan hendaknya Ia melepaskan aku dari segala kesusahan.”
Daud tidak berkata..
“seperti nyawamu (Saul) pada hari ini berharga di mataku,(Daud) demikianlah hendaknya nyawaku (Daud) berharga di matamu (Saul). Tidak!
Daud berkata..
“demikianlah hendaknya nyawaku berharga di mata TUHAN,” (1 Samuel 26:24b)
Ya! Di mata TUHAN saja!
Daud tahu benar kepada siapa ia harus menaruh harap..
Daud tidak menaruh harapannya kepada Saul…
Daud tidak meminta Saul menghargai dan menjamin nyawa Daud sebagai balasan atas kebaikan Daud kepada Saul..
Daud juga percaya Tuhan lah yang akan melepaskannya..
Daud tahu pasti bahwa Allah lah yang menjadi jaminan perlindungannya, ia sama sekali tidak mempercayakan keselamatan dirinya kepada manusia.
Berharap kepada manusia seringkali mengecewakan…. tapi ketika berharap hanya kepada Tuhan, maka tidak pernah dikecewakan.
Roma 5:5
Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.