Oleh : IL
Dalam kehidupan ini, Tuhan ijinkan kita mengalami ketidak adilan, ketidak nyamanan, perlakuan buruk dari sesama, bahkan orang yang dekat dengan kita.
Terkadang timbul rasa tidak suka…yang bila dipupuk akan bertumbuh menjadi kebencian.
Rasa benci biasanya tidak diperlihatkan kepada orang tersebut juga kepada orang lain, biasanya disembunyikan dalam hati, dan kita berusaha tetap bersikap manis & bicara seakan-akan baik-baik saja.
Namun di belakangnya, muncul omelan-omelan, kegusaran-kegusaran, bahkan umpatan-umpatan.
Dan hal itu seakan kita anggap wajar, karena kita telah merasa dalam posisi lebih benar daripada orang yang kita anggap bermasalah tersebut.
Namun…
Penulis amsal memberikan peringatan keras dalam Amsal 10:18 sebagai berikut :
Siapa menyembunyikan kebencian, dusta bibirnya; siapa mengumpat adalah orang bebal.
Waahhh.. apakah maksud amsal ini?
Apakah kita umbar saja kebencian kita?
Bukan!
Yang dimaksud ternyata…
bahwa Tuhan tidak menyukai saat kita berpura-pura tidak ada masalah, pura-pura bermulut manis namun di belakangnya penuh kebencian.
Jadi bagaimana seharusnya?
Jawabannya ada di ayat 19
Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.
Tuhan tidak ingin kita mengumbar kebencian kita dengan mengata-ngatai seseorang di belakangnya.
Biarlah kemarahan kita, kita curahkan di hadapan Tuhan dalam bentuk doa agar kita tidak berdosa.
Mazmur 4:4
Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam.
Sela
Tuhan ingin kita bersikap bijak, dapat menahan diri bukan berpura-pura dapat mengendalikan diri, mengekang lidah, tidak bersikap menghakimi sesama kita.
Biarlah yang muncul adalah doa yang keluar dari hati yang penuh kasih & pengampunan.
Saat kita mengumpat, dikatakan bahwa kita adalah orang bebal.
Mengapa?
Karena Tuhan ingin kita sebagai orang percaya menjadi terang & garam dunia, membawa damai sejahtera, memberi dampak pada dunia yang gelap yang penuh kebencian ini.
Tuhan tidak ingin kita malah berespon sama dengan dunia, yaitu membenci, menghakimi.
Mari kita menjadi agen perubahan, bukan jadi korban keadaan. Menjadi alat Kerajaan Allah, bukan mengasihani diri sendiri
1 Petrus 3:10-12
“Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat
dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.
Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.
Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong,
tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat.”