Oleh : IL
Lukas 8:5, 7-11, 14-15, 18
“Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya.
…….
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati.
Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.”
Setelah berkata demikian Yesus berseru: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”
Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu.
Lalu Ia menjawab:
“Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan,
supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.
Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah.
…….
Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang.
Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik
dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”
Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar.
Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi,
tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil,
juga apa yang ia anggap ada padanya.”
Perenungan:
Pada bagian 1 diceritakan ada 2 respon orang terhadap firman Allah, yaitu tidak mau berusaha mengerti, dan yang mengerti namun mudah melupakan, tidak berakar, karena hanya menyediakan tanah hati sangat sedikit untuk firman Tuhan.
Pada bagian ini, ada orang-orang percaya yang menyediakan tanah hati yang banyak, tebal untuk ditanami firman Tuhan.
Firman Tuhan mengakar dalam kehidupan orang percaya tersebut, ada pertumbuhan dan ada buah-buah yang dihasilkan..
Ia mengaminkan dan percaya kepada janji-janji Tuhan, namun… mengapa tidak bertumbuh maksimal?
Buahnya tidak matang! Asam, kesat & pahit…
Ternyata……
ada “tanaman-tanaman” lain, tanaman pengganggu, semak-semak duri yang ikut tumbuh di tanah hati yang banyak itu!
Orang tersebut tidak menyiangi tanah hati nya, ia membiarkan semak duri kekuatiran tumbuh subur dalam hatinya.. ketika melihat keberhasilan orang-orang lain, ada rasa kurang puas yang menguasai hatinya sehingga pengejarannya adalah kekayaan dan kenikmatan hidup.
Mata nya tertuju kepada hal-hal dunia yang sementara.. pada perkara-perkara duniawi.
Ternyata…..
tidak cukup hanya menyediakan tanah hati yang banyak untuk ditaburi firman, tapi harus ada usaha untuk menyiangi, membuang hal-hal yang dapat menghambat pertumbuhan rohani kita.
Harus ada upaya mengatasi agar kekuatiran tidak menguasai hati kita..
Jangan sampai masalah-masalah dan tantangan yang kita hadapi membuat kita menjadi tawar hati, sehingga hidup kita menghasilkan buah-buah yang tidak baik.
Jangan pula kekayaan & kenikmatan hidup membuai kita dalam zona nyaman, yang membuat kita tidak lagi mengutamakan Tuhan dalam hidup kita..
Firman yang pernah mengakar dan bertumbuh dalam hati kita, yang pernah mengubah memperbaharui kehidupan kita, tidak kita indahkan lagi… jadi prioritas yang ke sekian karena kita lebih mengutamakan bisnis, pekerjaan, dan kenikmatan-kenikmatan hidup (shopping, travelling, dll.) dan kurang mengutamakan ibadah, pembacaan firman.
Pertumbuhan rohani kita tidak kita perhatikan.
Tuhan Yesus memerintahkan dengan sangat tegas…
“Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”*
Kemudian di bagian akhir Tuhan Yesus kembali memperingatkan: Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar.
Yang Yesus harapkan ketika orang mendengar firman digambarkan sebagai tanah yang baik, yang menghasilkan buah seratus kali lipat!….Woww!
Bagaimana cara mendengar firman yang benar? Inilah penjelasan Yesus…
Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”
Ada beberapa faktor dari kalimat singkat padat yang Tuhan Yesus katakan di atas:
- Ada tindakan aktif “menyimpan dalam hati”
Seseorang yang sangat menghargai firman, ia tidak akan biarkan firman berlalu begitu saja untuk dilupakan.
Ia akan simpan, akan ingat-ingat terus, ia perkatakan, ceritakan, ajarkan, beritakan..
Ketika ia mengalami tantangan dalam kehidupan, firman yang hidup itu akan muncul dan menguatkannya.
Sehingga tantangan apa pun tidak akan membuat ia mundur, malah kepercayaannya kepada Tuhan menjadi semakin kuat. - Hati yang baik (Gambarannya seperti tanah yang gembur, subur siap ditaburi benih)
Hati seperti apa?
Yang rendah hati, siap untuk diajar, ditegur, dikoreksi.
Yang siap menerima hal-hal yang baru yang Tuhan mau nyatakan.
Yang haus dan lapar akan kebenaran….
yang merasa diri belum cukup benar, yang ingin diperbaharui lebih lagi.
Yang miskin di hadapan Tuhan…
yang merasa diri belum banyak tahu, yang selalu minta Tuhan nyatakan lebih dan lebih lagi..
Ketika orang menyimpan firman dalam hati, tapi hatinya tidak baik…
Masih ada kekuatiran, kesombongan, kepahitan, kekecewaan… Maka firman tidak dapat bertumbuh dengan baik.
Hati yang tidak bersih seringkali membuat pemahaman akan firman Tuhan menjadi menyimpang, karena ada faktor kepentingan pribadi yang diutamakan di atas firman Tuhan.
- Mengeluarkan buah
Ketika Firman yang diberikan oleh Tuhan, maka Tuhan menuntut respon ketaatan dari orang yang mendengarnya.
Jadi firman Tuhan bukan hanya untuk didengarkan saja, bukan hanya untuk dinikmati, bukan hanya untuk dijadikan pengetahuan saja..
Harus ada buah!
Buah ketaatan, yang akan menghasilkan perubahan pola pikir & tindakan dari orang yang mendengar firman tersebut.
Buah yang akan terlihat oleh orang-orang di sekitar kita..
Buah yang baik yang memuliakan Tuhan. - Ketekunan
Ternyata tidak cukup hanya sampai menghasilkan buah.
Tuhan Yesus berkata bahwa orang yang mendengar firman harus menghasilkan buah dalam ketekunan!
Tidak cukup hanya sampai pernah menghasilkan buah, tapi terus dan terus..
menghasilkan buah sekalipun musim sedang tidak baik..
sedang “kemarau” tidak ada hujan berkat…
tetap menghasilkan buah … sekalipun dalam tantangan dan kesulitan..
tetap menghasilkan buah…. sekalipun kenyataan tidak seperti yang diharapkan..
Wut? Kok bisa? Yup! karena firman Tuhan memberikan kekuatan & pengharapan.
Dan pengharapan di dalam Tuhan tidak mengecewakan!! Amin!
Aplikasi:
- Cek tanah hati kita, apakah ada “tanaman pengganggu, semak-semak duri” yang ikut-ikutan tumbuh sehingga mengganggu pertumbuhan rohani kita.
Mari buang segala kekuatiran, fokus yang lebih kepada hal-hal duniawi daripada kepada hal-hal kekekalan. - Mari memperbaiki cara kita mendengar firman…
dengan menghargai lebih sungguh lagi,
tidak melupakan begitu saja (bisa dengan membuat catatan saat pembacaan firman tiap hari, mencatat kotbah & saat lupa bisa membaca kembali, atau mendengarkan kembali rekaman kotbah),
diingat-ingat, diperkatakan, dideklarasikan.. - Mengeluarkan buah pertobatan, buah ketaatan
Menjadikan firman Tuhan sebagai otoritas tertinggi dalam kehidupan kita.
Melatih agar pikiran, logika & pertimbangan pribadi, perasaan tunduk di bawah otoritas firman Tuhan, sehingga keputusan-keputusan kita selaras dengan firman Tuhan.
berkomitmen melakukan firman yang kita dengar tersebut.
Setiap keputusan yang kita buat diselaraskan dengan firman Tuhan, tidak dengan sengaja melanggar firman Tuhan.
Ketika jatuh atau gagal, datang kepada Tuhan meminta ampun, dan mau kembali melakukan kebenaran.
Bersedia untuk dibentuk oleh firman Tuhan, ada hati yang lemah lembut & rendah hati yang mudah dibentuk oleh Tuhan…
sehingga menghasilkan ada karakter yang diubahkan dan pembaharuan budi.
- Tetap tekun mengeluarkan buah pertobatan dan ketaatan sekalipun dalam segala kesulitan, tantangan, atau pun dalam kenyamanan, kemudahan, keberlimpahan.