Oleh : IL
Yesaya 39:1-7
Pada waktu itu Merodakh-Baladan bin Baladan, raja Babel, menyuruh orang membawa surat dan pemberian kepada Hizkia,
sebab telah didengarnya bahwa Hizkia sakit tadinya dan sudah kuat kembali.
Hizkia bersukacita atas kedatangan mereka, lalu diperlihatkannyalah kepada mereka gedung harta bendanya, emas dan perak, rempah-rempah dan minyak yang berharga, segenap gedung persenjataannya dan segala yang terdapat dalam perbendaharaannya.
Tidak ada barang yang tidak diperlihatkan Hizkia kepada mereka di istananya dan di seluruh daerah kekuasaannya.
Kemudian datanglah nabi Yesaya kepada raja Hizkia dan bertanya kepadanya:
“Apakah yang telah dikatakan orang-orang ini? Dan dari manakah mereka datang?”
Jawab Hizkia: “Mereka datang dari negeri yang jauh, dari Babel!”
Lalu tanyanya lagi: “Apakah yang telah dilihat mereka di istanamu?”
Jawab Hizkia: “Semua yang ada di istanaku telah mereka lihat.
Tidak ada barang yang tidak kuperlihatkan kepada mereka di perbendaharaanku.”
Lalu Yesaya berkata kepada Hizkia:
“Dengarkanlah firman TUHAN semesta alam!
Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel.
Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN.
Dan dari keturunanmu yang akan kauperoleh, akan diambil orang untuk menjadi sida-sida di istana raja Babel.”
Perenungan:
Peristiwa di atas terjadi setelah terjadinya mujizat kesembuhan Hizkia, raja Yehuda yang sudah sekarat di ambang kematiannya, namun ia berdoa kepada Tuhan untuk kesembuhannya, dan Tuhan mengabulkan dan memberinya tambahan usia 15 tahun.
Tentu saja peristiwa itu sangat menggemparkan…
sampai-sampai Merodakh Baladan bin Baladan, raja Babel
mengirim utusan mengucapkan selamat dan mengirimkan pemberian kepada Hizkia.
Sesungguhnya ini dapat menjadi kesempatan bagi raja Hizkia untuk bersaksi membesarkan nama Tuhan Allah Israel, seperti kidung pujian yang digubah oleh raja Hizkia setelah kesembuhannya sbb..
Yesaya 38:20
TUHAN telah datang menyelamatkan aku!
Kami hendak main kecapi,
seumur hidup kami di rumah TUHAN.
Namun….
Yang terjadi adalah kebalikannya…
Hizkian seakan menganggap remeh mujizat kesembuhannya itu..
Ia terbuai dengan kesuksesannya.. hanyut dalam euforia keduniawian..
Ia menjadi angkuh!
Penulis kitab 2 Tawarikh menuliskan dengan gamblang tentang kontrasnya kejatuhan sisi rohani dibandingkan kegemilangan sisi jasmani kehidupan raja Hizkia setelah mujizat kesembuhan yang ia alami …
2 Tawarikh 32:25-31
Tetapi Hizkia tidak berterima kasih atas kebaikan yang ditunjukkan kepadanya, karena ia menjadi angkuh, sehingga ia dan Yehuda dan Yerusalem ditimpa murka.
Tetapi ia sadar akan keangkuhannya itu dan merendahkan diri bersama-sama dengan penduduk Yerusalem, sehingga murka TUHAN tidak menimpa mereka pada zaman Hizkia.
Hizkia mendapat kekayaan dan kemuliaan yang sangat besar.
Ia membuat perbendaharaan-perbendaharaan untuk emas, perak, batu permata yang mahal-mahal, rempah-rempah, perisai-perisai dan segala macam barang yang indah-indah,
juga tempat perbekalan untuk hasil gandum, untuk anggur dan minyak,
dan kandang-kandang untuk berbagai jenis hewan besar dan kandang-kandang untuk kawanan kambing domba.
Ia mendirikan kota-kota, memperoleh banyak kambing domba dan lembu sapi, karena Allah mengaruniakan dia harta milik yang amat besar.
Hizkia ini juga telah membendung aliran Gihon di sebelah hulu, dan menyalurkannya ke hilir, ke sebelah barat, ke kota Daud.
Hizkia berhasil dalam segala usahanya.
Demikianlah juga ketika utusan-utusan raja-raja Babel datang kepadanya untuk menanyakan tentang tanda ajaib yang telah terjadi di negeri, ketika itu Allah meninggalkan dia untuk mencobainya, supaya diketahui segala isi hatinya.
Cukup menyedihkan karena ternyata raja Hizkia yang begitu luar biasa melakukan pembaharuan rohani sepanjang masa jabatannya sebagai raja Yehuda, yang menghancurkan penyembahan berhala peninggalan raja Ahas, ayahnya, namun di akhir kekuasaannya ternyata ia jatuh..
Bukan pada dosa penyembahan berhala! Bukan!
Raja Hizkia tetap setia menyembah Tuhan sampai akhir hidupnya!
Namun… ia jatuh pada dosa kesombongan.
Hizkia tidak lulus saat ada cobaan ego datang kepadanya….
Ia hanyut terbuai dengan keduniawian..
Ia lupa panggilannya sebagai pemimpin umat Tuhan yang dipanggil menjadi saksi bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, agar mereka pun dapat melihat ada Tuhan yang sejati di Israel.
Yesaya 49:6, 7b
“Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara.
Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.”
……
“Raja-raja akan melihat perbuatan-Ku, lalu bangkit memberi hormat,
dan pembesar-pembesar akan sujud menyembah,
oleh karena TUHAN yang setia
oleh karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang memilih engkau.”
Aplikasi:
- Menyadari bahwa dosa kesombongan bukanlah hal yang kecil di mata Tuhan, biarlah kita selalu memperingatkan diri kita agar tidak jatuh di dalamnya.
- Menyadari bahwa hidup setiap umat Tuhan bukan melulu hal-hal lahiriah saja, tapi ada panggilan yang terutama, yang tidak pernah expire, yaitu menyaksikan kebesaran Tuhan Allah kita di tengah-tengah dunia yang sedang sibuk memegahkan hal-hal yang fana.
- Menyadari bahwa kegemilangan kesuksesan dunia dapat menjauhkan kita dari pada panggilan Tuhan yang sesungguhnya yaitu agar hidup kita membawa kemuliaan nama Tuhan, bukan kemuliaan diri.
- Memelihara rasa terima kasih kita kepada Tuhan, atas kebaikan-kebaikanNya akan menjauhkan kita dari sikap angkuh, dan menganggap remeh karya Tuhan yang Tuhan telah lakukan dan akan kerjakan dalam hidup kita.