There He Called On The Name Of The Lord, The Everlasting God

0
154

Oleh : IL

Kejadian 21:33-34; 22:1-3, 9-18

Lalu Abraham menanam sebatang pohon tamariska di Bersyeba, dan memanggil di sana nama TUHAN, Allah yang kekal.
(there he called on the name of the LORD, the Everlasting God.- NASB)

Dan masih lama Abraham tinggal sebagai orang asing di negeri orang Filistin.

Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham.
Ia berfirman kepadanya: “Abraham,” lalu sahutnya: “Ya, Tuhan.”
Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”
Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.
Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api.
Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya, Tuhan.”
Lalu Ia berfirman: “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.”
Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.
Dan Abraham menamai tempat itu: “TUHAN menyediakan”; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: “Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.”
Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham,
kata-Nya: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri — demikianlah firman TUHAN —: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku,
maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya.
Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku.”

Perenungan:
Sebagai bapak orang beriman, Abraham juga ternyata beberapa kali melakukan kesalahan.
Ia tiga kali hampir saja merusak rancangan Tuhan, yaitu ketika hampir saja Sarai dipersunting oleh Firaun, raja Mesir kemudian Abimelekh, raja Gerar.
Dan yang ketiga ketika Abraham sendiri memberikan benihnya kepada Hagar, hambanya atas usulan Sarai isterinya.
Namun… Abraham kembali dikuatkan kepercayaannya oleh Tuhan, dan Abraham tidak pernah kecewa dan meninggalkan Tuhan.
Sekalipun tinggal di negeri orang Filistin, orang-orang penyembah berhala, Abraham tetap memanggil Tuhan, satu-satunya Allah yang sejati, Allah yang kekal.

Setelah lama tinggal di negeri orang Filistin sebagai orang asing, pendatang di tanah yang dijanjikan oleh Tuhan, Tuhan mencobai Abraham.
Tuhan menguji seberapa besar ketaatan Abraham kepada perintah Tuhan.
Dan kali ini Abraham lulus dengan nilai yang sangat memuaskan!
Abraham bersegera tanpa berlambat-lambat melakukan apa yang Tuhan perintahkan (keesokan harinya pagi-pagi – ayat 3a),
sekalipun apa yang Tuhan perintahkan itu sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan, sekalipun apa yang Tuhan suruhkan itu sama sekali ia tidak mengerti…

Abraham tidak melupakan pengalaman masa lalu bersama Tuhan, di mana Tuhan telah memanggilnya secara pribadi dan menunjukkan rancanganNya, di mana Tuhan sudah menyertai begitu rupa dan meluputkannya dari berbagai masalah, di mana Tuhan melakukan mujizat sedemikian besar sehingga ia bisa memperoleh Ishak.
Abraham juga tidak menjadikan Ishak, anaknya satu-satunya menjadi ilah dalam kehidupannya.
Ketaatannya untuk menyerahkan Ishak kepada Tuhan menjadi bukti penyerahan sepenuhnya kepada Tuhan.
Lewat perjalanan dengan Tuhan dan hubungan pribadinya dengan Tuhan, Abraham semakin mengenal Tuhannya, sehingga saat ujian datang… pengenalannya akan Tuhan membuatnya dapat berespon benar & tepat!
Abraham juga menyerahkan dirinya dan keluarganya untuk mengikuti rancangan Tuhan, bukan “memakai” Tuhan untuk rancangan pribadinya.

Aplikasi:*

Apakah kita termasuk orang percaya yang mudah taat kepada Tuhan, ataukah yang sulit untuk taat?
Bila kita masih sulit untuk taat..
Mari cek…
a. Apakah pengalaman pribadi kita bersama Tuhan merupakan suatu yang sangat kita hargai, yang tidak pernah kita lupakan dan menjadi tonggak-tonggak yang menopang iman percaya kita kepada Tuhan?
Ataukah kita terlalu mudah melupakannya.. malah menganggap sebagai hal remeh dan bukan apa-apa?
b. Apakah kita masih memelihara hubungan pribadi kita dengan Tuhan, ataukah kita sering mengabaikannya karena kesibukan atau hal-hal lainnya?
Semakin seseorang mengenal siapa Tuhannya, akan memampukan orang tersebut memberikan respon yang benar & tepat di kala ujian datang.
c. Apakah kepercayaan kita kepada Tuhan ditujukan untuk tujuan-tujuan pribadi kita dan bukan tujuan Tuhan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here