Oleh : IL
Dalam Ayub 35, Elihu meluruskan pandangan Ayub dan sahabat-sahabatnya, yaitu mengenai:
- Makna dan dampak perbuatan manusia
Bila Allah yang Mahabesar, Mahakuasa, Maha segala-galanya tidak memerlukan tambahan apapun karena TUHAN Mahasempurna.
Maka untuk apakah manusia harus melakukan kebenararan?
Dan bila tidak ada dampak apa-apa.. bukankah tidak perlu berjuang melawan dosa?
Sahabat-sahabat Ayub memberikan pandangan yang membingungkan. Di satu sisi mereka berkata manusia hanya ulat yang tidak berharga di mata Tuhan, yang perbuatan baiknya tidak akan berdampak apa pun seakan sia-sia. Namun di sisi lain mereka mendesak Ayub untuk bertobat.
Pada pasal 35 ini Elihu meluruskan pandangan yang salah tersebut.
Maka berbicaralah Elihu: “Inikah yang kauanggap adil dan yang kausebut: kebenaranku di hadapan Allah, kalau engkau bertanya:
Apakah gunanya bagiku? Apakah kelebihanku bila aku berbuat dosa?
Poin-poin dalam jawaban Elihu:
a. Sadari siapa sesungguhnya Allah
Arahkan pandanganmu ke langit dan lihatlah, perhatikanlah awan-awan yang lebih tinggi dari padamu!
b. Sadari dampak tindakan yang kita lakukan
Jikalau engkau berbuat dosa, apa yang akan kaulakukan terhadap Dia?
Kalau pelanggaranmu banyak, apa yang kaubuat terhadap Dia?
Jikalau engkau benar, apakah yang kauberikan kepada Dia?
Atau apakah yang diterima-Nya dari tanganmu?
Hanya orang seperti engkau yang dirugikan oleh kefasikanmu dan hanya anak manusia yang diuntungkan oleh kebenaranmu.
Orang menjerit oleh karena banyaknya penindasan, berteriak minta tolong oleh karena kekerasan orang-orang yang berkuasa;
Tuhan tidak menjadi kekurangan ketika manusia melakukan dosa & pelanggaran.
Sebaliknya, Tuhan juga tidak bertambah kaya ketika manusia memberikan banyak korban persembahan kepada-Nya.
Sesungguhnya, tindakan baik atau pun buruk yang manusia lakukan akan berdampak kepada diri mereka sendiri dan akan berdampak pada orang-orang sekitarnya.
Sehingga aturan, perintah, ketetapan-ketetapan yang Tuhan berikan kepada umatNya bertujuan untuk kebaikan umatNya semata-mata.
Tuhan tidak dirugikan juga tidak diuntungkan.
Melakukan perintah-perintahNya adalah satu-satunya cara manusia menyenangkan TUHAN Allah Pencipta, Penebus, Pemelihara kita.
- Makna bertekun dalam penderitaan
Ayub 35:14, 16 (FAYH)
terlebih lagi kalau dikatakan bahwa Allah tidak melihat apa yang terjadi.
Sekalipun engkau berkata bahwa engkau tidak dapat melihat Dia, perkaramu sudah ada di hadapan-Nya.
Karena itu, bersabarlah dan nantikanlah Dia. Ia pasti menyatakan keadilan-Nya.
Tetapi sekarang, mengapa engkau kesal terhadap Allah karena Ia tidak segera menyatakan murka-Nya kepada orang yang jahat?
Ayub, engkau membuka mulut dengan sembarangan, engkau banyak berbicara tanpa pengertian. “
Setelah Ayub menjalani hidup yang hampir bisa dikatakan excellent.
Luar biasa saleh.. menjauhkan diri dari kejahatan.
Namun Tuhan ijinkan Ayub mengalami kehilangan segala-galanya…
Ayub sudah tidak tahan lagi.. ia menyatakan keluhan-keluhan, ketidak puasannya.. complainnya di hadapan Tuhan.
Namun … sepertinya Tuhan diam saja. Dan Ayub semakin tidak sabar, sehingga dari mulutnya keluar kutukan-kutukan bagi dirinya,
menyesali keberadaannya di dunia..bahkan sampai mempertanyakan keadilan Tuhan.
Tuhan Allah yang Ayub sembah.. yang Mahakuasa .. yang Mahaadil…Mengapa membiarkan orang-orang berbuat jahat lolos begitu saja?
(Flash back)
Ayub 1:14, 17 (FAYH)
Seorang hamba datang dengan tergesa-gesa kepada Ayub dan melaporkan, “Ketika sapi-sapi Tuan sedang membajak dan keledai-keledai sedang makan rumput di dekatnya, orang-orang Syeba datang menyerang kami.
Mereka merampas semua ternak, dan membinasakan semua penjaganya.
Hanya saya seorang yang berhasil lolos sehingga dapat menyampaikan hal ini kepada Tuan. “
Sementara hamba itu masih berbicara, seorang hamba lain lagi masuk dengan terburu-buru dan berkata,
“Tiga pasukan orang Kasdim telah merampas unta-unta Tuan dan membunuh semua penjaganya.
Hanya saya yang berhasil lolos sehingga dapat menyampaikan hal ini kepada Tuan. “
Perampok-perampok kejam itu yang bukan hanya merampok, namun membunuh..dan mereka sepertinya baik-baik saja, berhasil mencapai tujuan mereka. Mengapa sepertinya tidak ada hukuman Tuhan bagi orang-orang seperti itu?
Sedangkan Ayub.. yang seumur hidup berjuang melakukan kebenaran, membuat standar yang sangat ketat bagi dirinya, dan dengan sungguh-sungguh melakukan hal-hal yang baik bagi sesamanya..malah mengalami penderitaan yang tidak ada tara nya itu.
Sungguh tidak dapat dimengerti…
Namun kemudian Elihu melanjutkan ….
“Bersabarlah sebentar, aku akan mengajar engkau, karena masih ada yang hendak kukatakan demi Allah. (Ayub 36:1)
Menarik sekali bila menyimak perkataan Elihu, berikut adalah kebenaran yang disampaikan oleh Elihu: (Ayub 36:1-33)
Ketahuilah, Allah itu perkasa, (tentang KeMahakuasaan Tuhan) namun tidak memandang hina apa pun, (berlawanan dengan pandangan Elifas dan kawan-kawan, yang mengatakan manusia hanyalah ulat di mata Allah – 25:6).
Ia perkasa dalam kekuatan akal budi. (tentang hikmat Tuhan yang luar biasa, tak tertandingi).
Ia tidak membiarkan orang fasik hidup, (Keadilan Tuhan tak perlu diragukan) tetapi memberi keadilan kepada orang-orang sengsara; (tentang belas kasihan Tuhan)
Ia tidak mengalihkan pandangan mata-Nya dari orang benar, tetapi menempatkan mereka untuk selama-lamanya di samping raja-raja di atas takhta, sehingga mereka tinggi martabatnya. (Tuhan menghargai & memberikan reward bagi orang-orang yang melakukan kebenaran).
*
Jikalau mereka dibelenggu dengan rantai, tertangkap dalam tali kesengsaraan, maka Ia memperingatkan mereka kepada perbuatan mereka, dan kepada pelanggaran mereka, karena mereka berlaku congkak, dan ia membukakan telinga mereka bagi ajaran, dan menyuruh mereka berbalik dari kejahatan.
(Penderitaan & kesengsaraan yang Tuhan ijinkan memiliki maksud, yaitu sebagai peringatan agar berbalik, dan agar mencegah pelanggaran lebih lanjut, dan karena Tuhan merancangkan masa depan yang baik).
Jikalau mereka mendengar dan takluk, maka mereka hidup mujur sampai akhir hari-hari mereka dan senang sampai akhir tahun-tahun mereka. (Ada keselamatan dari Tuhan, Tuhan akan memberikan kelegaan.)
Tetapi, jikalau mereka tidak mendengar, maka mereka akan mati oleh lembing, dan binasa dalam kebebalan.
Orang-orang yang fasik hatinya menyimpan kemarahan; mereka tidak berteriak minta tolong, kalau mereka dibelenggu-Nya; nyawa mereka binasa di masa muda, dan hidup mereka berakhir sebelum saatnya.
(Respon negatif ketika diperingatkan Tuhan … tidak mendengar, bebal, mengeraskan hati, fasik, marah, tidak berbalik….
akan mendatangkan kematian, kebinasaan.)
Dengan sengsara Ia menyelamatkan orang sengsara, dengan penindasan Ia membuka telinga mereka.
Ayub 36:15 (BIMK) Allah mengajar manusia melalui derita, Ia memakai kesusahan untuk menyadarkannya.
(Tuhan menggunakan kesusahan, kesengsaraan, penderitaan untuk maksud yang baik, yaitu mengajar dan menyadarkan).
Juga engkau dibujuk-Nya keluar dari dalam kesesakan, ke tempat yang luas, bebas dari tekanan, ke meja hidanganmu yang tenang dan penuh lemak. (akan ada pemulihan, tidak selamanya dibiarkanNya orang benar goyah – Mazmur 55:22)
Tetapi engkau sudah mendapat hukuman orang fasik sepenuhnya, engkau dicengkeram hukuman dan keadilan; janganlah panas hati membujuk engkau berolok-olok, janganlah besarnya tebusan menyesatkan engkau.
Dapatkah teriakanmu meluputkan engkau dari kesesakan, ataukah seluruh kekuatan jerih payahmu?
Janganlah merindukan malam hari, waktu bangsa-bangsa pergi dari tempatnya.
Jagalah dirimu, janganlah berpaling kepada kejahatan, karena itulah sebabnya engkau dicobai oleh sengsara.
(Peringatan untuk tidak memilih jalan orang fasik – bersungut-sungut, mengolok-olok).
Sesungguhnya, Allah itu mulia di dalam kekuasaan-Nya; siapakah guru seperti Dia?
Siapakah akan menentukan jalan bagi-Nya, dan siapa berani berkata: Engkau telah berbuat curang?
(Allah sungguh Mahamulia, manusia tidak dapat menyelami perbuatanNya).
Ingatlah, bahwa engkau harus menjunjung tinggi perbuatan-Nya, yang selalu dinyanyikan oleh manusia. Semua orang melihatnya, manusia memandangnya dari jauh. (Salah satu panggilan umat Tuhan adalah meninggikan Tuhan, memuji-muji perbuatanNya yang besar sehingga seluruh bumi tahu)
Sesungguhnya, Allah itu besar, tidak tercapai oleh pengetahuan kita, jumlah tahun-Nya tidak dapat diselidiki.
Ia menarik ke atas titik-titik air, dan memekatkan kabut menjadi hujan, yang dicurahkan oleh mendung, dan disiramkan ke atas banyak manusia. Siapa mengerti berkembangnya awan, dan bunyi gemuruh di tempat kediaman-Nya? (Tuhan tetap berkarya sampai sekarang).
Sesungguhnya, Ia mengembangkan terang-Nya di sekeliling-Nya, dan dasar laut.
Karena dengan semuanya itu Ia mengadili bangsa-bangsa, dan juga memberi makan dengan berlimpah-limpah.
Kedua tangan-Nya diselubungi-Nya dengan kilat petir dan menyuruhnya menyambar sasaran.
Pekik perang-Nya memberitakan kedatangan-Nya, kalau dengan murka Ia berjuang melawan kecurangan.”
(Jaminan keadilanNya, pemeliharaanNya, jaminan kemenangan ketika berjalan bersamaNya.)
Aplikasi:
Menyadari keterbatasan manusia, yang kadang tidak dapat menyelami pekerjaan-pekerjaan Tuhan.
Menundukkan hati dan pikiran di bawah terang Firman Tuhan.
Menyadari Tuhan terus berkarya. Tetap percaya akan keadilanNya, pemeliharaanNya & tetap teguh berada di jalan-jalanNya.