Pengkhotbah 7:10
Janganlah mengatakan:
“Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?”
Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu.
(BIMK)
Janganlah bertanya, “Mengapa zaman dulu lebih baik daripada zaman sekarang?” Hanya orang dungu yang bertanya begitu.
Perenungan:
Rumput tetangga terlihat lebih hijau. Ada kemungkinan rumput tetangga sama hijaunya, namun akibat ketidakpuasan atas apa yang dimiliki
tidak menghargai apa yang ada, sehingga hatinya selalu kurang puas.
Bisa kurang puas terhadap diri sendiri, atau pada orang serumah.
Ketidak puasan manusia bukan disebabkan oleh hal-hal di luar, namun di dalam hati.
Ada kemungkinan juga rumput tetangga memang betul-betul lebih terawat.
Nah untuk hal ini, perlu ada upaya lebih, misalnya menanyakan bagaimana cara merawatnya dan tidak berhenti di situ, tentu saja ada harga yang harus dibayar seperti menyediakan waktu untuk rutin menyirami, memberi pupuk, memangkas, dan seterusnya.
Dalam Pengkotbah 7:10,
ada sebuah pertanyaan yang menyatakan ketidak puasan seseorang akan hidup yang sedang dijalaninya..
“Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?”
Ahh… andai aku hidup pada jaman yang lalu…maka aku akan lebih berbahagia.. dan seterusnya. dan seterusnya…
Namun.. apakah benar demikian? Sedangkan kita sendiri tidak tahu kehidupan pada masa itu.
(FAYH)
Janganlah merindukan masa lalu yang kauanggap menyenangkan, karena engkau tidak tahu apakah masa itu benar-benar lebih baik daripada masa sekarang! Anggapanmu itu bukan timbul dari kebijaksanaan.
Setiap jaman memiliki kesusahannya masing-masing, jaman dahulu mungkin udara lebih segar tidak penuh polusi seperti jaman sekarang,
namun untuk dapat bepergian belum semudah sekarang karena alat transportasi sudah semakin maju.
Jaman dahulu sulit sekali untuk menulis surat kepada orang yang berada di luar negri, bisa memakan waktu berhari-hari.
Sementara sekarang dalam hitungan detik sudah begitu cepat terhubung.
Meskipun terkadang dalam dunia yang begitu connecting, orang-orang malah semakin hidup dalam dunia nya sendiri-sendiri.
Teguran pengkotbah menyadarkan kita bahwa…setiap tantangan jaman harus dihadapi dengan hati yang teguh.
Jangan mengelak!
Ketika kita melontarkan pertanyaan di atas, itu muncul dari hati yang tidak puas, tidak bersyukur & hanya mau menuntut saja
tanpa upaya apa pun untuk membuat keadaan menjadi lebih baik.
Akan lebih baik bila meminta hikmat Tuhan untuk setiap kesulitas yang dihadapi, untuk setiap keadaan yang buruk, bobrok, bahkan memprihatinkan.
Kita bisa menjadi pendoa-pendoa syafaat untuk kota, negeri & dunia. Sehingga kita bukan menjadi korban situasi, korban sejarah.
Tetapi kita dipakai Tuhan menjadi agen perubahan…pembuat sejarah… pengubah sejarah.
Membawa Kerajaan Allah di dunia ini dan kita juga perlu belajar bersyukur dalam segala keadaan.
Matius 6:10
datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
Yesaya 62:6-7
Di atas tembok-tembokmu, hai Yerusalem, telah Kutempatkan pengintai-pengintai.
Sepanjang hari dan sepanjang malam, mereka tidak akan pernah berdiam diri.
Hai kamu yang harus mengingatkan TUHAN kepada Sion, janganlah kamu tinggal tenang dan janganlah biarkan Dia tinggal tenang,
sampai Ia menegakkan Yerusalem dan sampai Ia membuatnya menjadi kemasyhuran di bumi.
Efesus 5:20 (TSI3)
juga dengan mengucap syukur atas segala hal kepada Allah Bapa melalui Penguasa kita Kristus Yesus.