Oleh : IL
Ayub 7:1-3, 7, 16
“Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan?
Seperti kepada seorang budak yang merindukan naungan, seperti kepada orang upahan yang menanti-nantikan upahnya,
demikianlah dibagikan kepadaku bulan-bulan yang sia-sia, dan ditentukan kepadaku malam-malam penuh kesusahan.
Ingatlah, bahwa hidupku hanya hembusan nafas; mataku tidak akan lagi melihat yang baik.
Aku jemu, aku tidak mau hidup untuk selama-lamanya. Biarkanlah aku, karena hari-hariku hanya seperti hembusan nafas saja.
Perenungan:
Ketika keadaan terpuruk, hari-hari hanya diisi dengan kesusahan, manusia cenderung ingin kehidupan cepat berakhir. Untuk apa berlama-lama bergumul di atas bumi?
Ketika keadaan baik, sukses, segalanya berjalan lancar, manusia cenderung ingin hidup selamanya di bumi.
Apakah nilai kehidupan manusia hanya ditentukan oleh materi, kelancaran, kemudahan hidup?
Apakah manusia & kehidupan manusia? Ketika kehidupan manusia hanya soal : makan, minum, mencari makan, kawin, melahirkan anak, membesarkan anak. Hampir sama dengan binatang. Maka seperti yang pengkotbah katakan…. sia-sia.
Pengkhotbah 3:18-19
Tentang anak-anak manusia aku berkata dalam hati: “Allah hendak menguji mereka dan memperlihatkan kepada mereka bahwa mereka hanyalah binatang.”
Karena nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua-duanya mempunyai nafas yang sama, dan manusia tak mempunyai kelebihan atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia.
Inilah yang diperlihatkan Allah kepada Ayub, dan kepada kita semua.
Apakah kita menjalani hidup kita seperti binatang? Ataukah kita menangkap maksud Allah Pencipta?
Tuhan punya maksud yang mulia saat menciptakan manusia. Inilah yang menjadi kerinduan Tuhan … sejak jaman Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan sampai saat ini yaitu agar umatNya tidak hanya menjalani hidup saleh untuk alasan jasmani yang sementara saja (hidup diberkati, keluarga rukun, aman damai). Seperti kehidupan agamawi yang transaksional. Namun menjadi umat Tuhan yang sungguh-sungguh mengenal Tuhannya, memiliki hubungan dengan Tuhan.
Ayub 42:5
(Sebelumnya) Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
Yeremia 24:7
Aku akan memberi mereka suatu hati untuk mengenal Aku, yaitu bahwa Akulah TUHAN. Mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku ini akan menjadi Allah mereka, sebab mereka akan bertobat kepada-Ku dengan segenap hatinya.
Efesus 1:16b-18
Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu,
supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.
Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya:
betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus,