Oleh : IL
1 Samuel 18:2, 5-9
Pada hari itu Saul membawa dia (Daud) dan tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya.
Daud maju berperang dan selalu berhasil ke mana juga Saul menyuruhnya, sehingga Saul mengangkat dia mengepalai para prajurit.
Hal ini dipandang baik oleh seluruh rakyat dan juga oleh pegawai-pegawai Saul.
Tetapi pada waktu mereka pulang, ketika Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang perempuan dari segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan menari-nari dengan memukul rebana, dengan bersukaria dan dengan membunyikan gerincing; dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.”
Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: “Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itu pun jatuh kepadanya.”
Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud.
Perenungan:
- Saat ditunjuk menjadi raja, Saul terlihat begitu rendah hati (1 Samual 9:21), tidak terlalu percaya diri … ia bahkan sempat bersembunyi di antara gundukan barang-barang dan berharap tidak ada orang yang mengetahui di mana ia berada.. sampai-sampai Tuhan sendiri yang menunjukkannya (1 Samuel 10:21-22) padahal…. kepadanya Tuhan telah menyatakan tanda-tanda agar ia percaya bahwa Tuhan telah menetapkan ia menjadi raja atas umatNya Israel. (1 Samuel 10:2-10)
Namun… yang terjadi beberapa tahun kemudian sungguh berkebalikan.. Saul begitu fokus kepada dirinya sendiri.. Ia sangat ingin dihormati..
Setelah melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap perintah Tuhan, Saul memaksa Samuel mengikutinya demi menjaga kehormatannya di hadapan tua-tua Israel dan rakyatnya. (1 Samuel 15:30)
Ketika perempuan-perempuan memuji-muji Daud melebihi dirinya, amarah Saul bangkit dengan amat sangat!
Saul selalu berfokus kepada dirinya sendiri.
Prestasi Daud yang luar biasa dalam mengalahkan musuh-musuh Israel malah menjadi ancaman besar bagi Saul.
Sebagai raja Israel seharusnya ia bersyukur memiliki kepala prajurit seperti Daud, di mana Tuhan begitu luar biasa menyertai sehingga musuh-musuh Israel ditaklukkan.
Pernah dalam satu masa, Israel begitu tertindas oleh bangsa Filistin, sehingga sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk melawan bangsa Filistin.
Tidak ada senjata di Israel, sampai hanya raja Saul dan anaknya Yonatan saja yang memiliki pedang atau lembing (1 Samuel 13:19-22).. begitu mengenaskan.
Namun.. karena Tuhan menyertai Daud, maka Tuhan membalikkan keadaan… Israel berhasil mengalahkan musuh-musuhnya.
Dan raja Saul tidak mensyukuri hal tersebut.
Alih-alih melakukan tugas nya sebagai raja Israel yang diberi amanat untuk menyelamatkan Israel dari musuh-musuhnya (1 Samuel 10:1)
Saul malah menggunakan segala daya dan upaya berusaha membunuh Daud, pahlawan Israel yang telah mengalahkan berpuluh ribu musuh.
Saul kehilangan panggilan Tuhan akibat kesombongan dan keegoisan, selalu berfokus kepada diri sendiri.
- Saul lupa bahwa jabatan sebagai raja Israel merupakan anugerah dan kepercayaan dari Tuhan.
Ia merasa jabatan raja itu telah menjadi miliknya, dan ia akan melakukan apa pun agar jabatan raja itu tidak beralih darinya dan keturunannya.
Memang pada awalnya Tuhan merancangkan mengokohkan kerajaan Saul untuk selama-lamanya, artinya keturunan-keturunan Saul lah yang akan memerintah sebagai raja Israel. (1 Samuel 13:13-14), namun karena ketidak taatan Saul, Tuhan memberikan amanat sebagai raja Israel tersebut kepada Daud.
Dan Saul tanpa penyesalan dan tanpa pertobatan, malah bermaksud memburu Daud untuk membunuhnya..
Tanpa segan-segan Saul memposisikan diri menentang keputusan Tuhan, memposisikan diri menjadi musuh orang yang Tuhan urapi menjadi raja berikutnya.. memposisikan diri menjadi musuh Tuhan.
Fokus pada diri sendiri akan menjauhkan kita dari rancangan Tuhan, bahkan.. bisa menjadikan kita dalam posisi sebagai musuh Tuhan.
Aplikasi:
Perhatikan apa yang menjadi fokus dalam hidup kita.
Fokus hidup kita akan terlihat dari apa yang kita pikirkan, kita utamakan lebih dari yang lain.
Fokus hidup kita juga akan muncul dan terlihat nyata dalam bentuk sikap, tabiat dan karakter keseharian kita.
Bila kita berfokus pada diri kita sendiri…
maka kita menjadi orang yang mudah tersinggung, suka mendengki dan iri hati.. mudah marah.. mudah kecewa.. tidak takut berbuat jahat kepada orang lain demi mencapai tujuan diri.. bahkan tidak segan-segan memposisikan diri melawan rencana Tuhan, melawan Tuhan.
Mari segera bertobat!
Ubah fokus hidup kita menjadi berfokus kepada Tuhan, kepada firmanNya, kepada rancanganNya yang luar biasa…
bahkan merelakan hati melepaskan hak, melepaskan ego demi rancangan Tuhan digenapi.