Oleh : AP
Ulangan 34:4-7, 10-12 (TB) Dan berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub; demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu. Aku mengizinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana.”
Lalu matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman TUHAN.
Dan dikuburkan-Nyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini.
Musa berumur seratus dua puluh tahun, ketika ia mati; matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang.
Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel,
dalam hal segala tanda dan mujizat, yang dilakukannya atas perintah TUHAN di tanah Mesir terhadap Firaun dan terhadap semua pegawainya dan seluruh negerinya, dan dalam hal segala perbuatan kekuasaan dan segala kedahsyatan yang besar yang dilakukan Musa di depan seluruh orang Israel.
Perenungan
40 tahun menjadi Pangeran, 40 tahun menjadi gembala, 40 tahun menggembalakan bangsa Israel.
Kehidupan yang penuh variasi, pendidikan terbaik, menikmati kemewahan di istana, menjadi orang miskin dan bekerja untuk mertua, menjadi pemimpin bangsa budak.
Terakhir meninggal di perbatasan tanah perjanjian.
Yang Tuhan nilai di akhir kematian Musa bukan prestasi atau kegagalannya, bukan nilai akademisnya, bukan kehebatan perangnya dan bukan kekayaannya.
Yang Tuhan banggakan dari Musa adalah bahwa Musa adalah seorang nabi (yang mendengar suara Tuhan) dan melakukan perintah Tuhan dengan baik dan sanjungannya adalah Musa adalah seorang yang sangat dekat dengan Tuhan (berhadapan muka).
Apa yang bisa manusia banggakan dalam kehidupannya yang singkat di bumi ini…ketika ia bisa intim dengan Tuhan dan melakukan dengan baik tugas yang dipercayakanNya di bumi ini.