Bereskan Dengan menggunakan Standar Tuhan,Terima Konsekuensi, Berdamai & Tetap Mengasihi

0
16

Oleh : IL

Ulangan 25:1-3

“Apabila ada perselisihan di antara beberapa orang, lalu mereka pergi ke pengadilan, dan mereka diadili dengan dinyatakannya siapa yang benar dan siapa yang salah, maka jika orang yang bersalah itu layak dipukul, haruslah hakim menyuruh dia meniarap dan menyuruh orang memukuli dia di depannya dengan sejumlah dera setimpal dengan kesalahannya.
Empat puluh kali harus orang itu dipukuli, jangan lebih; supaya jangan saudaramu menjadi rendah di matamu, apabila ia dipukul lebih banyak lagi.

Perenungan:
Menarik sekali…
Dari ayat di atas ada beberapa hal yang Tuhan ajarkan kepada umatNya, antara lain:

  1. Perselisihan harus dibereskan dengan menggunakan standar Tuhan, yaitu kebenaran Firman Tuhan.
    Dua pihak atau lebih masing-masing merasa diri benar, dan tidaklah adil bila diselesaikan dengan menggunakan standar salah satu pihak, karena yang lain akan dirugikan.
    Tuhan memerintahkan agar umat Tuhan menghadap hakim, dan hakim harus memutuskan berdasarkan kebenaran.
  2. Yang bersalah harus menerima hukuman.
    Hukuman yang diberikan haruslah yang setimpal, jangan diperberat melebihi yang seharusnya.
  3. Hukuman adalah sebagai konsekuensi sebuah kesalahan, bukan sebagai alat untuk melampiaskan kemarahan atau kekesalan.
  4. Hukuman bukan untuk merendahkan seseorang, tapi sebagai konsekuensi atas sebuah dosa atau kesalahan.
    Tuhan ingin membuat orang tersebut bertobat dari kesalahannya, sehingga Tuhan menegaskan, jangan sampai orang yang bertugas menghukum seseorang yang berbuat salah, memandang rendah sesamanya itu. NO!
    Hukuman seharusnya dilakukan karena kasih dan dengan kasih!
    Sehingga setelah diberi hukuman, orang yang bersalah tersebut dirangkul dan tetap dikasihi untuk dituntun kepada kebenaran sehingga dibentuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Aplikasi:

  1. Ketika ada perselisihan, sudahkah kita mengambil tindakan yang adil dan benar untuk menyelesaikannya?
    Ataukah kita diamkan saja, lebih suka menghindar, tidak berusaha menyelesaikannya?
    Atau kita ngotot menyelesaikannya dengan cara kita sendiri, tidak mau menundukkan diri kepada standar kebenaran Tuhan?
  2. Apabila kita sebagai pihak yang bersalah, apakah kita bersedia menerima konsekuensi, atau hukuman yang setimpal dengan perbuatan kita?
    Ataukah kita hanya mengakui sebagai pihak yang bersalah, tanpa mau menerima konsekuensi hukuman apa pun? Kadang tanpa mau meminta maaf sedikitpun?
  3. Bagaimana sikap kita ketika pihak lain yang bersalah?
    Apakah kita cenderung melampiaskan kemarahan tanpa ada lagi kasih di dalam hati kita? Dan kita memandang rendah pada sesama kita?
  4. Mari mempraktekkan kasih dalam menangani menyelesaikan sebuah perselisihan, pertikaian, sehingga semuanya ditujukan untuk membangun, memperbaiki kesalahan, dan menuntun kepada kebenaran.

2 Timotius 3:16 (BIMK)
Semua yang tertulis dalam Alkitab, diilhami oleh Allah dan berguna untuk mengajarkan yang benar, untuk menegur dan membetulkan yang salah, dan untuk mengajar manusia supaya hidup menurut kemauan Allah.

1 Petrus 4:8
Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here