Oleh : IL
Setelah catatan bagaimana Daud bisa tetap bertahan dalam keadaan sulit dikejar-kejar raja Saul, sampai digenapinya rancangan Tuhan baginya yaitu menjadi raja atas seluruh Israel. Dan Daud sebagai raja sangat piawai dalam pemerintahan menegakkan keadilan & kebenaran, dan karena Daud selalu bertanya kepada Tuhan, maka Tuhan selalu memberikan kemenangan demi kemenangan atas musuh-musuhnya. Dalam situasi yang mapan itulah raja Daud jatuh sangat dalam!
2 Samuel 11 menuliskan dengan apa adanya kejatuhan seorang raja besar.
Narasi diawali dengan sebuah keputusan raja Daud untuk tidak ikut berperang, memilih tinggal di Yerusalem, padahal waktu itu raja-raja biasanya ada di medan perang.
2 Samuel 11:1
Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang Israel. Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem.
Kemudian muncullah godaan dan raja Daud jatuh dalam dosa besar. Dosa yang satu membuahkan dosa besar lainnya.
Hukum Tuhan yang dilanggar oleh raja Daud dalam kasus Batsyeba ini, antara lain :
a. Berzinah
Ulangan 5:18 Jangan berzinah.
b. Membunuh Uria
Ulangan 5:17 Jangan membunuh.
c. Mengambil Batsyeba menjadi isterinya
Ulangan 5:21a Jangan mengingini isteri sesamamu,
Sesungguhnya alarm peringatan telah diperdengarkan kepada raja Daud:
a. Orang sudah mengingatkan raja Daud bahwa Batsyeba adalah isteri Uria (2 Samuel 11:3)
b. Sikap dan tindakan Uria yang menolak pulang ke rumahnya seharusnya menyadarkan raja Daud,
karena tidak pantas bersenang-senang sementara yang lain sedang mempertaruhkan nyawa di medan perang.
Tetapi Uria berkata kepada Daud:
“Tabut serta orang Israel dan orang Yehuda diam dalam pondok, juga tuanku Yoab dan hamba-hamba tuanku sendiri berkemah di padang; masakan aku pulang ke rumahku untuk makan minum dan tidur dengan isteriku?
Demi hidupmu dan demi nyawamu, aku takkan melakukan hal itu!” (2 Samuel 11:11)
Setelah tidak berhasil menutupi kesalahannya, akhirnya raja Daud memutuskan untuk menghabisi Uria, suami Batsyeba, wanita dengan siapa ia berzinah. Daud melakukannya dengan intrik-intrik, yaitu menyuruh Yoab mundur sehingga Uria terbunuh di medan perang.
Kisah kejatuhan raja Daud, orang yang biasanya dekat dengan Tuhan ini ditutup dengan pernyataan sikap Tuhan Allah Israel.
Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN. (2 Samuel 11:27).
Perenungan:
- Menurut standar dunia pada jaman itu sah-sah saja bagi seorang raja mengambil wanita mana pun yang ia ingini,
juga sah-sah saja membunuh siapa pun yang ia tidak sukai.
Mungkin gambaran seperti ini pada jaman modern sekarang dapat kita lihat seperti yang terjadi di Korea Utara,
di mana pemimpin memiliki hak penuh atas hidup orang-orang di bawahnya.
Namun bagi umat Tuhan, ada standar yang sangat bertolak belakang dengan dunia.
Tuhan menetapkan seseorang menjadi pemimpin bagi umat-Nya untuk menjadi gembala, bapa, pengayom.
Umat Tuhan yang dipercayakan bukan milik raja, tapi milik Tuhan.
Ada hukum-hukum Tuhan yang harus ditaati, dan ketika raja Daud melanggar hukum Tuhan, Tuhan menegur dan ada konsekuensi yang harus dibayar, harga yang sangat mahal.
2 Samuel 12:10-11
Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya,
karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.
Beginilah firman TUHAN:
Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri.
Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain;
orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari.
- Peringatan demi peringatan sudah diberikan, namun raja Daud mengabaikannya.
Ketika keinginan diri dipupuk sehingga menjadi begitu besar, maka mudah sekali untuk membenarkan diri, mengikuti standar dunia dan menginjak-injak Firman Tuhan. - Saat seseorang memutuskan untuk berhenti dari panggilannya, maka ia menempatkan diri pada posisi yang rapuh yang mudah sekali tersandung dan jatuh. Jangan pernah berhenti menghidupi panggilan Tuhan dalam hidup kita.
2 Petrus 1:10
Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh.
Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.