Oleh : AP
Hakim-hakim 11:1, 11, 15, 18, 22-23, 30-31 (TB) Adapun Yefta, orang Gilead itu, adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa, tetapi ia anak seorang perempuan sundal; ayah Yefta ialah Gilead.
Yefta lahir dari seorang pelacur, tetapi ia adalah orang yang kuat dan pantang menyerah.
Ia berusaha keluar dari status sosialnya dengan menjadi orang yang gagah dan perkasa.
Ia memimpin sekelompok orang dan menunjukkan ia bisa menjadi pemimpin yang baik dan berani.
Maka Yefta ikut dengan para tua-tua Gilead, lalu bangsa itu mengangkat dia menjadi kepala dan panglima mereka. Tetapi Yefta membawa seluruh perkaranya itu ke hadapan TUHAN, di Mizpa.
Ketika Yefta diminta menjadi hakim di Israel maka ia memyanggupinya dengan syarat pemulihan status nya sebagai anak sah Gilead dan ia meminta rakyat mensahkan di hadapan Tuhan.
Ini menunjukkan bahwa Yefta tahu pemulihan berasal dari Tuhan dan ia memegang perjanjian di hadapan Tuhan dengan pesan: “Beginilah kata Yefta: orang Israel tidak merampas tanah orang Moab atau tanah bani Amon.
Kemudian mereka berjalan melalui padang gurun, menempuh jalan keliling tanah Edom dan tanah Moab, lalu sampai ke sebelah timur tanah Moab, maka berkemahlah mereka di seberang sungai Arnon, dengan tidak masuk daerah Moab, sebab sungai Arnon itulah batas daerah Moab.
Demikianlah dimiliki orang Israel seluruh daerah orang Amori itu, dari sungai Arnon sampai ke sungai Yabok dan dari padang gurun sampai ke sungai Yordan.
Maka sekarang TUHAN, Allah Israel, telah merebut milik orang Amori, bagi Israel, umat-Nya. Apakah engkau hendak memiliki pula tanah mereka itu?
Yefta memiliki pengetahuan akan sejarah bagaimana Tuhan memberikan tanah di sebelah timur Kanaan kepada orang Israel dengan jelas dan akurat.
Yefta menyanggah bahwa orang Israel mengambil tanah milik orang Amon dan Moab.
Malah sebaliknya mereka yang ingin mengambil eks tanah raja Sihon yang sekarang dikuasai orang Israel.
Lalu bernazarlah Yefta kepada TUHAN, katanya: “Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku,
maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran.”
Sayang semua kebaikan dna kehebatan kepemimpinan Yefta tidak disertai pengertian Firman (Taurat) Tuhan dengan jelas.
Pengetahuan sejarah saja tidak cukup dalam membentuk hidup yang benar di mata Tuhan.
Suatu ucapan sumpah yang dilarang Tuhan dilanggar Yefta.
Ini membuat suatu pelajaran bagi orang percaya…belajar banyak hal adalah suatu yang baik.
Tetapi jangan lupakan yang utama yaitu belajar dan menerapkan Firman Tuhan.
Supaya dalam kehidupan ini ada pimpinan Roh Kudus untuk mengambil keputusan-keutusan yang benar.