Tunduk Dulu… Atau….. Mengasihi Dulu ??

0
273

Oleh : IL

Kolose 3:18-19
Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.
Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.

Perenungan:
Menarik sekali…
Ayat di atas sering menjadi perdebatan di antara pasangan orang percaya.
Suami menuntut agar isteri menundukkan diri kepada suami terlebih dahulu, dan barulah suami akan mengasihi isterinya.
Alasannya suami merasa sulit sekali mengasihi isteri yang suka melawan, tidak mau menuruti kemauan suami, dan seterusnya.
Sebaliknya isteri pun menuntut suami mengasihi isteri terlebih dahulu sebelum ia menundukkan diri.
Isteri pun merasa sulit tunduk kepada suami yang egois, kasar, tidak mengasihi, tidak bijaksana, tidak menjadi kepala keluarga yang baik, tidak menjadi imam dalam keluarga, dan seterusnya.

Sikap yang saling menuntut dan saling menyalahkan ini menjadi seperti “lingkaran setan” yang tidak habis-habisnya, yang berakibat baik suami maupun isteri tidak menjadi pelaku Firman Tuhan di atas!

Jadi…bagaimana seharusnya?
Siapakah yang terlebih dahulu harus melakukan firman Tuhan di atas? Isteri dulu.. ataukah suami dulu..?

Mari kita sama pelajari surat Paulus kepada jemaat Kolose di atas.

Nats di atas dilanjutkan dengan perintah kepada anak-anak dan bapa-bapa, hamba-hamba dan tuan-tuan.

Kolose 3:20-24; 4-1
Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.
Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.
Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan.
Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.
Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga.

Dalam tatanan, dan struktur Kerajaan Allah, ada Yesus sebagai Raja, Pemimpin di atas semuanya..

Dalam keluarga:
ada suami sebagai kepala keluarga, sebagai imam, yang harus bertanggung jawab kepada Tuhan.
Ada isteri yang menjadi penolong suami, yang secara struktur berada di bawah suami.
Artinya Tuhan memberikan otoritas kepada suami sebagai seorang pemimpin dalam keluarga, yang tentu saja kepadanya akan dituntut pertanggung jawaban.
Karena kuasa dan otoritas dari Tuhan bukan dimaksudkan sebagai hak untuk melakukan hal yang semena-mena, sebaliknya merupakan tanggung jawab besar dipercayakan sebuah keluarga yang harus dibawa kepada Allah.

Secara struktur, isteri berada di bawah suami, anak-anak di bawah bapa nya, para hamba di bawah tuannya, namun bukan secara nilai!
Nilai semua manusia sama bernilainya di mata Allah, tidak ditentukan oleh gender, status, jabatan dalam pekerjaan..
baik wanita, pria, anak, bapa, hamba maupun tuan, semua sama berharganya di mata Allah.

Menarik sekali gaya penulisan rasul Paulus di atas..
Biasanya… yang lebih utama, lebih hebat, lebih atas akan disebutkan terlebih dahulu..
Namun rasul Paulus menuliskan kepada yang lebih bawah secara struktur dan otoritas, kepada yang lebih lemah dahulu
perintah untuk isteri disebutkan lebih dahulu sebelum suami, perintah untuk anak disebutkan lebih dahulu sebelum perintah untuk bapa,
perintah untuk hamba disebutkan dahulu sebelum perintah untuk tuan, mungkin dimaksudkan sebagai perhatian kepada yang lebih lemah.

Roma 15:1
Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.

Selain itu mungkin dimaksudkan agar para isteri, anak, hamba tidak menjadi tinggi hati lalu menuntut suami, bapa, tuan utk melakukan kewajiban tersebut terlebih dahulu…

Bila kita simak baik-baik, perintah ini tidak pernah dimaksudkan agar yang satu dilakukan sebagai syarat untuk perintah berikutnya!
Dan pasangan dua kalimat perintah ini juga bukan sebuah sebab akibat… bila isteri tunduk, maka barulah suami mengasihi..
bila anak hormat, maka barulah bapa-bapa tidak menyakiti anaknya.. atau bila hamba-hamba menaati tuannya, maka barulah tuan-tuan berlaku adil. NO! Bukan demikian!

Tentu saja perintah untuk isteri, suami, anak, bapa, hamba dan tuan haruslah dilakukan oleh setiap pribadi orang percaya tanpa menuntut pihak lain melakukan terlebih dahulu.
Perintah Tuhan bila ditaati akan mendatangkan kebaikan kepada masing-masing pribadi orang percaya yang taat tersebut,
terlepas apakah pihak lainnya mau taat atau tetap dalam pilihan untuk tidak menaati perintah Tuhan tersebut.

Kesimpulan:
Tunduk dulu… atau mengasihi dulu?
Jawabannya…. Lakukan bagian kita dengan ketaatan kepada Tuhan, sebagai pertanggung jawaban kita di hadapan Tuhan.

Dan percayalah….
Dia tidak menahan hal baik dari mereka yang berjalan dengan tidak bercela. (AYT)
The LORD will withhold no good thing from those who do what is right. (NLT)
No good thing does he withhold from those who walk uprightly. (ESV)
~ Mazmur 84:11b

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here