No Excuse, No “Ja-Im, Just Repent !

0
343

Oleh : IL

1 Samuel 15:24-31

Berkatalah Saul kepada Samuel: “Aku telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka. Maka sekarang, ampunilah kiranya dosaku; kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN.”
Tetapi jawab Samuel kepada Saul: “Aku tidak akan kembali bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah menolak firman TUHAN;
sebab itu TUHAN telah menolak engkau, sebagai raja atas Israel.”
Ketika Samuel berpaling hendak pergi, maka Saul memegang punca jubah Samuel, tetapi terkoyak.
Kemudian berkatalah Samuel kepadanya: “TUHAN telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu. Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal;
sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal.”
Tetapi kata Saul: “Aku telah berdosa; tetapi tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku sekarang di depan para tua-tua bangsaku dan di depan orang Israel. Kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN, Allahmu.”

Perenungan:
Percakapan antara Saul, raja Israel dengan nabi Samuel di atas terjadi setelah peristiwa Saul mengabaikan perintah Tuhan untuk menumpas bangsa Amalek beserta ternak-ternaknya.

Menarik sekali…
Pada awalnya Saul merasa sudah cukup menaati perintah Tuhan. Ia merasa sudah menumpas seluruh bangsa Amalek…. hanya 1 saja kok yang disisakan.. yaitu raja Agag.. ga apa-apa kan?

1 Samuel 15:13, 20
Ketika Samuel sampai kepada Saul, berkatalah Saul kepadanya: “Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN; aku telah melaksanakan firman TUHAN.”

Lalu kata Saul kepada Samuel: “Aku memang mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu sendiri telah kutumpas.

Nabi Samuel mengingatkan mengenai perlunya ketaatan penuh kepada Tuhan, bukan taat yang setengah-setengah. karena selain raja Agag, ada ternak-ternak milik Amalek yang masih disisakan tidak ditumpas.

Saul mengakui telah berdosa karena tidak menuruti… melangkahi perintah Tuhan..tetapi kemudian…ia sibuk membela diri
dengan memberikan alasan-alasan bagus.. yang terlihat sangat masuk akal.. bahkan sangat rohani.
Saul menyalahkan rakyat.. sekaligus “membenarkan” tindakan rakyat, dan berdalih bahwa ternak-ternak yang tambun-tambun itu adalah untuk dipersembahkan sebagai korban kepada Tuhan..
Woww… terdengar sangat rohani..
Dan buru-buru minta Samuel mengampuni “dosa” nya yang Saul anggap sepele itu..
( Maka sekarang, ampunilah kiranya dosaku; – ayat 25a ) Sudahlah… No big deal! Kira-kira begitulah anggapan Saul.

Ketika Samuel menolak ikut dengan Saul, Saul memaksanya sampai punca jubah Samuel terkoyak.
Samuel menyatakan bahwa jabatan raja yang Tuhan berikan kepada Saul akan terkoyak, akan diberikan kepada orang lain yang lebih baik.

Pernyataan Samuel yang sangat keras tersebut tidak membuat Saul bertobat sungguh-sungguh!
Saul memang kembali mengakui telah berdosa.. namun bukan pertobatan yang sungguh-sungguh.. Ia malah sibuk menjaga kehormatannya., menjaga image (jaim) di hadapan tua-tua dan rakyat Israel.
Dan memaksa Samuel mengikutinya agar tua-tua Isael dan rakyat tidak mengetahui bahwa Tuhan telah tidak berkenan lagi kepada Saul.

Aplikasi:

  1. Adakah kesalahan, pelanggaran, atau dosa yang kita anggap remeh?
    Yang kita anggap tidak perlu terlalu dipermasalahkan?

Seberapa kita menganggap penting untuk melakukan perintah Tuhan tepat seperti yang Tuhan kehendaki?

  1. Bagaimana sikap kita ketika seseorang mengingatkan, menegur kesalahan, pelanggaran dan dosa kita?

a. Apakah kita mengakui kesalahan… namun kemudian sibuk mencari alasan sebagai pembenaran atas pelanggaran kita?
Sibuk berdalih (excuse)..
menyalahkan orang lain..
membuat alasan-alasan yang tampak sangat rohani?

b. Apakah kita mengakui kesalahan…
namun kemudian sibuk “ja-im” menjaga image..
menjaga kehormatan di hadapan orang-orang..?
Lebih peduli apa kata orang daripada apa kata Tuhan..

Mari kita bertobat dengan sungguh-sungguh..
Tanpa berdalih..
Tanpa sibuk memikirkan apa kata orang..
Tapi lebih mengutamakan apa kata Tuhan..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here