Tidak Percaya, Tidak menghormati Kekudusan Menghormati Kekudusan Tuhan

0
22

Oleh : IL

Bilangan 20:2-12

Pada suatu kali, ketika tidak ada air bagi umat itu, berkumpullah mereka mengerumuni Musa dan Harun, dan bertengkarlah bangsa itu dengan Musa, katanya: “Sekiranya kami mati binasa pada waktu saudara-saudara kami mati binasa di hadapan TUHAN!
Mengapa kamu membawa jemaah TUHAN ke padang gurun ini, supaya kami dan ternak kami mati di situ?
Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membawa kami ke tempat celaka ini, yang bukan tempat menabur, tanpa pohon ara, anggur dan delima, bahkan air minum pun tidak ada?”
Maka pergilah Musa dan Harun dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan, lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan TUHAN kepada mereka.
TUHAN berfirman kepada Musa:
“Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya.”
Lalu Musa mengambil tongkat itu dari hadapan TUHAN, seperti yang diperintahkan-Nya kepadanya.
Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: “Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?”
Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum.
Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: “Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka.”

Perenungan:

  1. Berkali -kali bangsa Israel bersungut-sungut dan mengeluh kepada Musa ketika menghadapi masalah.
    Demikian pula ketika tiba di Meriba dan mendapati tidak ada air, mereka mengajak Musa bertengkar! (Bilangan 20:13)
    Awalnya Musa dan Harun melakukan hal yang sangat tepat, mereka tidak meladeni orang Israel tersebut, Musa dan Harun pergi ke Kemah Pertemuan, datang dan sujud menghadap Tuhan. (Bilangan 20:6)
    Dan Tuhan menjawab, Tuhan memberikan arahan kepada Musa bagaimana cara mengatasi masalah tidak ada air tersebut.
    Tuhan menyuruh Musa mengumpulkan bangsa Israel di dekat bukit batu, lalu Musa memerintahkan agar bukit batu tersebut mengeluarkan air bagi bangsa Israel dan ternak-ternak mereka. (Bilangan 20:7-8)
    Tuhan mau mendemonstrasikan lagi kuasaNya di depan seluruh bangsa Israel.
    Tapi……… kali ini…… apa yang terjadi?…..
    Musa, yang masih dikuasai oleh emosi karena perilaku & perkataan orang Israel yang keterlaluan, melampiaskan kemarahannya sambil memukul bukit batu tersebut dengan tongkatnya, dan berkata dengan mengumpat betapa durhakanya orang-orang Israel yang mengajak bertengkar papad Musa seakan-akan Musa sanggup mengeluarkan air dari batu.
    Musa begitu kesalnya karena kebebalan Israel yang masih juga tidak percaya akan kebesaran Tuhan, sehingga saat ada masalah selalu menyalahkan Musa seakan-akan membawa keluar dari Mesir adalah sebuah kesalahan.
    Dan Musa mengambil alih dengan melakukan tidak seperti yang Tuhan perintahkan, Musa dalam amarahnya melakukan dengan caranya sendiri.
    Musa memukul gunung batu tersebut dengan tongkatnya padahal Tuhan menyuruh Musa untuk memerintahkan, hanya berkata kepada bukit batu tersebut.
    Kemarahan Musa mengurangi kesakralan mujizat yang Tuhan mau demontrasikan kepada umatNya.
    Alih-alih melihat demontrasi betapa luar biasanya kuasa Tuhan yang melalui Musa, dapat mengeluarkan air dari bukit batu, malah teralihkan ke demontrasi amarah Musa.
    Hal ini dinyatakan oleh Tuhan bahwa Musa tidak percaya kepada Tuhan dan tidak menghormati kekudusan Tuhan!
    Saat seharusnya kekudusan & kemuliaan Tuhan dinyatakan, malah tercemari oleh meledaknya amarah Musa.
  2. Mengapa Tuhan menyatakan bahwa Musa tidak percaya kepada Tuhan?
    Berkali-kali Musa sudah melakukan dengan taat perintah-perintah Tuhan yang sepertinya mustahil.
    Musa sudah melemparkan tongkat yang akan berubah menjadi ular di hadapan Firaun, Musa sudah melakukan seluruh perintah Tuhan saat Tuhan menulahi orang Mesir dengan sepuluh tulah.
    Musa juga sudah mengacungkan tongkatnya ke Laut Merah sehingga terbelah.
    Adalah tidak mungkin kalau saat itu Musa menyangsikan kemampuan Tuhan mengeluarkan air dari bukit batu.
    Kemungkinannya adalah…..
    Musa tidak percaya dan menyangsikan cara Tuhan mendidik Israel, di mana Tuhan dengan sabarnya… kembali mendemonstrasikan mujizatNya… dengan harapan Israel akan sadar dan tidak lagi akan bersungut-sungut kepada Musa dan kepada Tuhan.
    Musa sepertinya mengambil alih dan mengubah skenario yang Tuhan suruhkan, Musa menganggap dengan melampiaskan amarahnya di hadapan seluruh bangsa maka umat Israel akan lebih sadar.. akan lebih takut.
    Namun….
    Ternyata tindakan Musa tersebut kontraproduktif!
    Tindakan Musa tersebut sangat tidak menghormati kekudusan Tuhan.
    Hal ini jelas terlihat dari betapa beratnya konsekuensi tindakan Musa tersebut, di mana Tuhan menghukum Musa dan Harun dengan tidak mengijinkan mereka masuk ke tanah perjanjian.
    Perjalanan panjang Musa dari Mesir harus selesai tepat sebelum masuk tanah perjanjian.

Aplikasi:

  1. Ketika ada orang lain berbuat kesalahan, jangan sampai amarah menguasai kita sehingga di mata Tuhan, kita melakukan kesalahan yang lebih besar.
  2. Sebagai pemimpin dalam keluarga & dalam pelayanan…. apakah ketika amarah menguasai, kita bertindak seperti Musa ….. dengan menumpahkan amarah & kekesalan sehingga bertindak tidak bijaksana, melakukan hal tidak seperti yang Tuhan inginkan?
    Sebagai wakil Allah, kita seharusnya merefleksikan karakter ilahi, namun seringkali kita malah bertindak kasaŕ & tidak memiliki wibawa ilahi…
    Sehingga gambaran tentang Allah yang kudus & mulia menjadi terdegradasi.
    Mari sadari peran yang Tuhan percayakan kepada masing-masing kita, pemimpin-pemimpin dalam keluarga, pemimpin-pemimpin dalam pelayanan.
    Kita adalah wakil Allah, duta Kerajaan Allah yang menjadi cermin yang memancarkan karakter dan wibawa Allah.
    Jangan sampai emosi & kemarahan kita mencoreng kekudusan, wibawa & kemuliaan Tuhan di hadapan umatNya.
  3. Jangan mengambil alih dan mengubah skenario yang Tuhan telah tetapkan.
    Sekalipun mungkin ada keraguan dan ada rasa tidak percaya apakah hal itu akan berhasil…
    Mari lakukan tepat seperti yang Tuhan suruhkan.
    Serahkan kepada Tuhan segala keraguan dan kekuatiran yang muncul dalam hati kita.

Mazmur 37:5-6
Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here