Strategi Musuh

0
1022

Oleh : IL

Bacaan FT : Ezra 4:1-24

Penduduk lokal non Israel mendengar kepulangan orang Yehuda & Benyamin ke Yerusalem, untuk membangun kembali Bait Allah.
Lalu mereka mendekati Zerubabel serta para kepala kaum keluarga dan berkata kepada mereka:
“Biarlah kami turut membangun bersama-sama dengan kamu, karena kami pun berbakti kepada Allahmu sama seperti kamu;
lagipula kami selalu mempersembahkan korban kepada-Nya sejak zaman Esar-Hadon, raja Asyur, yang memindahkan kami ke mari.”
Tetapi Zerubabel, Yesua dan para kepala kaum keluarga orang Israel yang lain berkata kepada mereka:
“Bukanlah urusan kita bersama, sehingga kamu dan kami membangun rumah bagi Allah kami,
karena kami sendirilah yang hendak membangun bagi TUHAN, Allah Israel, seperti yang diperintahkan kepada kami oleh Koresh, raja negeri Persia.”

Bila membaca ayat 2 dan 3 di atas tanpa membaca ayat 1 dan ayat-ayat sesudahnya (4-24).
maka kita mungkin dapat mengambil kesimpulan yang salah. Mungkin kita beranggapan bahwa orang Yehuda & Benyamin terlalu angkuh sehingga menolak tawaran “baik” penduduk lokal.

Namun untuk menghindari prasangka yang salah tersebut, Ezra secara gamblang menuliskan tentang siapa sesungguhnya orang-orang yang “menawarkan diri untuk bergabung” dalam pembangunan Bait Allah tersebut.
Di ayat 1 ditulis identitas mereka yaitu lawan (enemies, adversaries).

Dalam 2 Raja-raja 17:24, 33 dituliskan tentang asal usul penduduk lokal yang tinggal di wilayah Samaria pasca ditawannya orang Israel oleh Asyur, sebagai berikut:

Raja Asyur mengangkut orang dari Babel, dari Kuta, dari Awa, dari Hamat dan Sefarwaim, lalu menyuruh mereka diam di kota-kota Samaria
menggantikan orang Israel; maka orang-orang itu pun menduduki Samaria dan diam di kota-kotanya.
Mereka berbakti kepada TUHAN, tetapi dalam pada itu mereka beribadah kepada allah mereka sesuai dengan adat bangsa-bangsa yang dari antaranya mereka diangkut tertawan.

Inilah yang dinamakan sinkretisme, ketika seseorang menganggap telah beribadah kepada Tuhan, namun sebenarnya mendua hati karena tidak sungguh-sungguh menjadikan Allah sebagai satu-satunya Tuhan, Allah hanya dijadikan sebagai salah satu ilah dalam kehidupan mereka.

Ketika mengetahui hal tersebut, maka kita akan setuju sekali dengan keputusan Zerubabel, Yesua & kepala-kepala keluarga untuk menolak orang-orang tersebut bergabung dalam pembangunan Bait Allah.
Sebagai pemimpin-pemimpin umat Tuhan yang kembali ke Yerusalem, mereka tidak boleh kompromi dalam menjalankan amanat Tuhan.

Beberapa strategi yang dilancarkan musuh untuk membatalkan dibangunnya kembali Bait Allah:

  1. Mengajak kompromi
    Tentu saja dengan berpura-pura menawarkan kebaikan, namun sebenarnya sedang menyusupkan kecemaran.
  2. Mengintimidasi
    Maka penduduk negeri itu melemahkan semangat orang-orang Yehuda dan membuat mereka takut membangun.
  3. Menggunakan kekuatan politik secara terus menerus sejak jaman Koresh, Ahasyweros, Artahsasta sampai Darius.
    a. Menyogok para penasihat dalam pemerintahan untuk menggagalkan rancangan Tuhan
    b. Menulis surat tuduhan
    Saat itu Yerusalem termasuk wilayah kerajaan Persia, sehingga musuh memfitnah dengan mengatakan bahwa orang-orang yang kembali Yerusalem adalah pemberontak & mendurhaka, dan pembangunan kembali Bait Allah akan sangat merugikan kerajaan Persia.
    c. Menggunakan surat perintah raja Artahsasta untuk segera menghentikan pekerjaan pembangunan Bait Allah, dan dilakukan dengan paksa & kekerasan.

Pada waktu itu terhentilah pekerjaan membangun rumah Allah yang di Yerusalem, dan tetap terhenti sampai tahun yang kedua zaman pemerintahan Darius, raja negeri Persia.

Menyedihkan sekali, sepertinya penolakan Zerubabel dan kawan-kawan kepada penduduk lokal tersebut malah kontraproduktif, karena malah mengakibatkan pembangunan Bait Allah terhenti sama sekali.
Apakah memang itu rencana Tuhan? Apakah salah untuk bersikap tegas (strict)?.

Ternyata kemungkinan penyebabnya bukanlah sikap tegas tersebut.
Dalam Ezra 3:6 dituliskan sebagai berikut :
Sejak hari pertama bulan yang ketujuh mereka mulai mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN, namun dasar Bait Suci TUHAN belum juga diletakkan.

Bila menilik nats di atas, ada kesan bahwa pembangunan Bait Allah tidak segera dilakukan.
Kemungkinan besar orang-orang yang kembali lebih mengutamakan membangun rumah-rumah untuk kediaman mereka terlebih dahulu, kemudian barulah membangun Bait Allah.
Padahal instruksi Tuhan melalui raja Koresh adalah pulang untuk membangun Bait Allah, itulah prioritas utama.

Perbedaan “musim” untuk menjalankan amanat Tuhan, menjadikan hasil yang berbeda.
Dengan pergantian kekuasaan (setelah raja Koresh), membuat lebih sulit untuk melaksanakan pembangunan Bait Allah tersebut.

Aplikasi:

  1. Jangan kompromi dengan membiarkan kecemaran masuk ke dalam kehidupan penyembahan kepada Tuhan.
  2. Menyadari bahwa dalam setiap pergerakan Tuhan, akan selalu ada upaya musuh untuk menggagalkannya. Tetap teguh, jangan kompromi.
  3. Hati-hati dengan strategi musuh yang dengan begitu giat berusaha menghambat umat Tuhan dalam melaksanakan rancangan Tuhan.
  4. Usaha musuh yang begitu giat untuk menggagalkan rancangan Tuhan tersebut perlu diantisipasi, diimbangi dengan upaya yang tidak kalah ulet dari umat Tuhan untuk cepat menangkap waktunya Tuhan, kapan harus bergerak, untuk tidak berlambat-lambat, dan melakukan segala sesuatu dengan support ilahi bukan dengan kekuatan manusia yang terbatas.
  5. Jangan lalai memprioritaskan membangun hubungan dengan Tuhan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here