Mengandalkan perbuatan baik vs Mengandalkan Tuhan

0
903

Oleh : IL

Dalam pasal 29, Ayub menggambarkan kehidupannya beberapa bulan sebelum mengalami bencana:

  1. Dalam hubungan dengan Allah
    a. Allah melindunginya
    b. Allah bergaul karib dengannya
    c. Allah menyertainya
  2. Dalam keluarga
    Anak-anaknya ada di sekelilingnya
  3. Dalam hal materi
    Berkelimpahan, apa yanb dilakukan berhasil & beruntung
    (langkah-langkahku bermandikan dadih, gunung batu mengalirkan sungai minyak di dekatku.
  4. Dalam kehidupan sosial
    Sangat dihormati baik oleh orang muda maupun yang sudah lanjut umur.
    Perkataannya didengarkan bahkan oleh para pembesar & para pemuka.
    Dipuji dan disebut berbahagia.
    Banyak menolong orang-orang yang sengsara, anak piatu, janda, orang buta, orang lumpuh.
    Menjadi bapa bagi orang miskin.
    Menjadi pembela orang lemah yang tidak dikenal, bahkan Ayub dengan berani melawan orang-orang curang.
    Menasihati orang-orang, memimpin, menentukan jalan.
    Seperti raja di tengah-tengah rakyat.
    Menjadi penghibur bagi yang berkabung.

Setelah melakukan banyak kebaikan… maka…inilah yang menjadi pemikiran Ayub.
Ayub 29:18 (FAYH)
“Aku berpikir, ‘Pastilah aku akan meninggal dunia dengan tenang di rumahku pada waktu umurku telah lanjut dan setelah menikmati kehidupan yang baik’;

Namun ..apa yang terjadi?

Dalam Ayub pasal 30:1-19,
Ayub menceritakan kontrasnya kehidupan yang ia alami saat itu:

  1. Direndahkan sampai titik terendah
    Ditertawakan, dianggap keji, dijauhkan, sampai diludahi oleh orang muda, bahkan oleh orang-orang yang hina yang kekurangan & kelaparan, yang ditolak masyarakat.
  2. Diperlakukan jahat oleh gerombolan
  3. Tuhan tidak menjawab seruannya, seakan-akan menjadi musuh & ingin menghancurkannya
  4. Tidak seorang pun yang bersedia menolongnya

Ayub 19:13-19
Saudara-saudaraku dijauhkan-Nya dari padaku, dan kenalan-kenalanku tidak lagi mengenal aku.
Kaum kerabatku menghindar, dan kawan-kawanku melupakan aku.
Anak semang dan budak perempuanku menganggap aku orang yang tidak dikenal, aku dipandang mereka orang asing.
Kalau aku memanggil budakku, ia tidak menyahut; aku harus membujuknya dengan kata-kata manis.
Nafasku menimbulkan rasa jijik kepada isteriku, dan bauku memualkan saudara-saudara sekandungku.
Bahkan kanak-kanak pun menghina aku, kalau aku mau berdiri, mereka mengejek aku.
Semua teman karibku merasa muak terhadap aku; dan mereka yang kukasihi, berbalik melawan aku.

Dalam keadaannya yang begitu menyedihkan itu, Ayub mengajukan pertanyaan… mengapa bagi dia tidak ada pertolongan…?
Setelah segala kebaikan dilakukannya dengan sungguh hati….masakan tidak ada seorang pun yang bersedia menolong…apakah tidak ada yang ingat untuk membalas budi?

Dalam Ayub 30:24-31 Ayub bertanya-tanya
Sesungguhnya, masakan orang tidak akan mengulurkan tangannya kepada yang rebah, jikalau ia dalam kecelakaannya tidak ada penolongnya?
Bukankah aku menangis karena orang yang mengalami hari kesukaran? Bukankah susah hatiku karena orang miskin?
Tetapi, ketika aku mengharapkan yang baik, maka kejahatanlah yang datang; ketika aku menantikan terang, maka kegelapanlah yang datang.
Batinku bergelora dan tak kunjung diam, hari-hari kesengsaraan telah melanda diriku.
Dengan sedih, dengan tidak terhibur, aku berkeliaran; aku berdiri di tengah-tengah jemaah sambil berteriak minta tolong.
Aku telah menjadi saudara bagi serigala, dan kawan bagi burung unta. Kulitku menjadi hitam dan mengelupas dari tubuhku, tulang-tulangku mengering karena demam;
permainan kecapiku menjadi ratapan, dan tiupan serulingku menyerupai suara orang menangis.”

Perenungan:
Ayub sedari muda memiliki kehidupan yang sempurna baik dalam hal rohani maupun jasmani. Lalu terjadilah malapetaka yang Tuhan ijinkan.

Selain itu..Tuhan pun mengijinkan sampai tak satu orang pun, baik yang berkuasa, maupun yang hina, datang untuk menolong menghibur Ayub.

Saat itulah Tuhan sendiri sedang berperkara dengan Ayub, agar Ayub tidak mengandalkan segala kebaikan yang telah ia lakukan…agar Ayub dapat memandang Tuhan..agar Ayub mendengar sendiri Allah yang berkata-kata….mengalami sendiri pertolongan Tuhan, Allah yang ia sembah.

Ayub 42:5
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.

Aplikasi:
Saat melakukan perbuatan baik, apakah secara tidak sadar kita sudah mengandalkan perbuatan baik tersebut sebagai jaminan hal-hal baik terjadi di masa depan kita? Sehingga secara tidak langsung, kita sudah kurang atau bahkan tidak lagi mengandalkan Tuhan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here